REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Di tengah situasi pandemi Covid-19, IPB University menggelar wisuda secara daring, Rabu (12/6). Meski demikian, upacara prosesi juga dilakukan di Graha Widya Wisuda (GWW), Kampus Dramaga yang dihadiri oleh 13 wisudawan sebagai perwakilan secara simbolis.
Pada wisuda tahap VI Tahun Akademik 2019/2020 ini, Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria mewisuda 186 orang lulusan, terdiri dari 44 orang lulusan program sarjana, 36 orang lulusan program Profesi Dokter Hewan, 85 orang lulusan program magister, dan 21 orang lulusan program doktor.
Dalam sambutannya, Prof Arif Satria menuturkan, IPB University selalu bertumpu pada upaya mencetak lulusan yang bisa beradaptasi dan menjadi trendsetter perubahan. Lulusan IPB University harus menjadi powerfull agile learner, pembelajar tangguh dan lincah.
“Hanya seorang pembelajar yang akan bisa beradaptasi dengan perubahan, mencermati keadaan dan keluar dengan menghadirkan solusi dari krisis yang terjadi,” kata Prof Arif seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Menghadapi situasi penuh ketidakpastian hari ini, lanjut rektor, menciptakan lompatan-lompatan dengan menciptakan inovasi unggul adalah penting. Prof Arif mengakui bahwa krisis ternyata bisa menghadirkan inovasi.
“Berkaca pada sejarah, inovasi yang unggul, yang menjadi bagian dari inovasi saat ini, ternyata lahir dari masa krisis di masa lalu,”ujarnya.
Rektor menyebutkan, komputer, radar, jet engine pertama kali ditemukan di masa perang dunia kedua.
Mengutip perkataan Abraham Lincoln, cara memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya hari ini. Karenanya, kata Prof Arif, upaya untuk menciptakan masa depan hari ini tidak bisa dengan cara-cara biasa. Perlu mindset, attitude dan juga behavior baru yang harus dimiliki.
“Lompatan dengan inovasi itu mesti diiringi dengan mindset baru, bagaimana menjadi leader dalam perubahan. Saat ini orang sudah sering mengenal adanya best practice sebagai sesuatu yang dijadikan benchmark. Namun dengan situasi hari ini, kita membutuhkan lebih dari best practice, kita perlu future practice,” ujarnya.
Orang yang berorientasi pada best practice akan selalu menjadi followers. Ia menunggu hasil inovasi dari pihak lain untuk ditirunya. Sementara mereka yang berorientasi pada future practice, maka semua keputusan dan masa depan ada pada dirinya. Future practice inilah yang telah membuat sejarah-sejarah baru bagi dunia.
“Dalam rangka menciptakan future practice itu, satu hal yang penting adalah memiliki growth mindset. Orang yang memiliki fix mindset, akan berpusat pada keterbatasan. Tapi growth mindset akan berpusat pada potensi kita. Perubahan membutuhkan mindset yang selalu tumbuh,” tutur Prof Arif.