REPUBLIKA.CO.ID, KALIFORNIA -- Peneliti dari University of Southern California, Amerika Serikat (AS), berhasil menyimpulkan urutan gejala paling awal ketika seseorang terjangkit virus corona tipe baru penyebab Covid-19. Tanda paling awal muncul pada pasien terinfeksi virus corona adalah demam.
Berikutnya, orang akan mengalami batuk dan nyeri otot. Setelah itu, muncul mual atau muntah dan diare.
Riset yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in Public Health pada Kamis (13/8) lalu ini merupakan terobosan besar dalam mempelajari virus corona. Pasien sekarang dapat lebih cepat mengidentifikasi dan mengobati penyakitnya.
“Urutan (gejala) ini sangat penting untuk diketahui ketika kita memiliki siklus penyakit yang tumpang tindih seperti flu yang datang bertepatan dengan infeksi Covid-19,” kata Peter Kuhn, profesor ilmu biologi dan kedokteran yang mengerjakan penelitian tersebut, sebagaimana dikutip Fox News, Sabtu (15/8).
Diagnosis dini adalah kunci untuk menghentikan virus sebelum menjadi lebih serius. “Mengingat sekarang ada pendekatan yang lebih baik untuk pengobatan Covid-19, mengidentifikasi pasien lebih awal dapat mengurangi durasi rawat inap,” kata Joseph Larsen, kandidat doktor dan peneliti utama dalam studi tersebut.
“Urutan gejala itu penting. Mengetahui bahwa setiap penyakit berkembang secara berbeda berarti dokter dapat mengidentifikasi lebih cepat apakah seseorang kemungkinan besar mengidap Covid-19 atau penyakit lain, sehingga itu dapat membantu mereka membuat keputusan pengobatan yang lebih baik,” imbuh Larsen.
Bersama penasihat fakultas Kuhn dan James Hicks, Larsen melakukan penelitian ini di USC Michelson Center for Convergent Bioscience's Convergent Science Institute in Cancer. Para peneliti USC menganalisis data yang dikumpulkan Organisasi Kesehatan Dunia di China antara 16 dan 24 Februari, yakni lebih dari 55 ribu kasus virus corona terkonfirmasi.
Para ilmuwan juga mengamati hampir 1.100 kasus yang dikumpulkan dari 11 Desember hingga 29 Januari oleh Kelompok Ahli Perawatan Medis China melalui Komisi Kesehatan Nasional China. Mereka kemudian membandingkan angka tersebut dengan data gejala influenza dari 2.470 kasus di Amerika Utara, Eropa, dan belahan Bumi Selatan yang dilaporkan ke otoritas kesehatan dari tahun 1994 hingga 1998.