Ahad 16 Aug 2020 03:50 WIB

Periode Awal Covid-19 Lebih Parah dari yang Dilaporkan

Studi dengan kombinasi teknik investigasi dan pemodelan ungkap sejarah awal Covid-19.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi penyebaran virus corona. Penelitian dengan kombinasi teknik investigasi dan pemodelan dapat membantu memahami bagaimana pandemi menyebar begitu cepat ke seluruh dunia.
Foto: MgIT03
Ilustrasi penyebaran virus corona. Penelitian dengan kombinasi teknik investigasi dan pemodelan dapat membantu memahami bagaimana pandemi menyebar begitu cepat ke seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Para peneliti dari The University of Texas (UT) di Austin di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa ada ribuan kasus awal Covid-19 yang tidak terdeteksi pada awal tahun ini. Penelitian mereka menemukan bahwa penyakit akibat infeksi virus SARS-CoV-2 itu jauh lebih luas di Wuhan, China, dan Seattle di AS beberapa pekan sebelum pemerintah masing-masing melakukan kebijakan lockdown.

Seperti diwartakan Times Now News, Sabtu (15/8), riset juga mendapati bahwa virus tersebut sebenarnya telah masuk ke Seattle, AS sekitar masa liburan Natal atau akhir tahun lalu. Masuknya virus tersebut tidak terdeteksi atau terdiagnosis oleh para tenaga kesehatan.

Baca Juga

"Bahkan sebelum kami menyadari bahwa Covid-19 menyebar, data menyiratkan bahwa setidaknya ada satu kasus Covid-19 untuk setiap dua kasus flu," kata seorang Profesor di UT, Lauren Ancel Meyers.

Fakta itu mereka dapatkan dengan setelah melakukan tes usap yang diambil dan diuji ulang dari penderita penyakit mirip influenza selama Januari di Wuhan dan selama akhir Februari dan awal Maret di Seattle. Hasil analisis sampel menunjukan bahwa sebagian besar virus tersebut merupakan virus flu.

Namun, beberapa di antaranya merupakan kasus positif SARS-CoV-2. Meyers mengungkapkan, setelah data dibedah lebih dalam menggunakan model epidemiologi baru, timnya mendapati bahwa mungkin ada lebih dari 12 ribu kasus gejala Covid-19 yang tidak terdeteksi.

"Karena kami tahu seberapa meluasnya flu pada saat itu, kami dapat secara masuk akal menentukan prevalensi Covid-19," kata Meyers.

Peneliti juga mendapati bahwa ketika virus terdeteksi dan pemerintah AS menerapkan lockdown, saat itu diprediksi lebih dari 9.000 orang dengan gejala mirip Covid-19. Dari total tersebut sepertiganya adalah anak-anak.

"Mengingat Covid-19 tampaknya sangat ringan pada anak-anak, perkiraan tinggi kami untuk kasus anak bergejala di Seattle menunjukkan bahwa mungkin ada ribuan lebih kasus ringan pada saat itu," kata anggota tim peneliti Zhanwei Du.

Menurut penelitian lain, sekitar setengah dari kasus Covid-19 tidak bergejala. Para peneliti terkemuka percaya bahwa mungkin ada ribuan lebih orang yang terinfeksi di Wuhan dan Seattle sebelum kebijakan lockdown diterapkan di masing-masing kota.

"Kita bisa kembali dan mengumpulkan sejarah pandemi ini menggunakan kombinasi teknik investigasi dan pemodelan. Ini membantu kami memahami bagaimana pandemi menyebar begitu cepat ke seluruh dunia dan memberikan wawasan tentang apa yang mungkin kita lihat dalam beberapa pekan dan bulan mendatang," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement