REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Manusia bukan satu-satunya spesies yang terancam oleh virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19. Primata langka seperti gorila, orangutan, owa, paus abu-abu, dan lumba-lumba hidung botol juga terancam punah karena memiliki risiko yang sama untuk terinfeksi Covid-19.
Hewan peliharaan seperti kucing, sapi, dan domba memiliki risiko sedang untuk terinfeksi. Adapun anjing, kuda, dan babi berisiko rendah tertular virus SARS-CoV-2. Fakta itu mengacu pada studi baru dari University of California (UC) Davis, yang meneliti tentang spesies apa saja yang terancam punah karena Covid-19.
Para ilmuwan menggunakan analisis genom untuk membandingkan reseptor seluler utama untuk virus pada manusia yang disebut angiotensin converting enzyme-2 (ACE2) pada 410 spesies vertebrata yang berbeda, termasuk burung, ikan, amfibi, reptil, dan mamalia. ACE2 biasanya ditemukan di berbagai jenis sel dan jaringan, termasuk sel epitel di hidung, mulut, dan paru-paru.
Pada manusia, 25 asam amino dari protein ACE2 penting bagi virus untuk mengikat dan masuk ke dalam sel. Para peneliti menggunakan 25 urutan asam amino dari protein ACE2 ini, dan memodelkan struktur protein yang diprediksi bersama dengan protein lonjakan SARS-CoV-2, untuk mengevaluasi berapa banyak asam amino yang ditemukan dalam protein ACE2 dari spesies yang berbeda.
“Hewan dengan 25 residu asam amino yang cocok dengan protein manusia diperkirakan berada pada risiko tertinggi untuk tertular SARS-CoV-2 melalui ACE2,” kata Joana Damas, penulis utama studi seperti dikutip dari Times Now News, Selasa (25/8).
"Risiko ini diperkirakan akan menurun jika residu pengikat ACE2 spesies berbeda dari manusia," kata Damas dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences.
Beberapa spesies primata yang terancam punah, seperti gorila , orangutan Sumatera, dan siamang pipi putih utara, berisiko tinggi tertular SARS-CoV-2 melalui reseptor ACE2 mereka. Hewan lain yang ditandai berisiko tinggi termasuk mamalia laut seperti paus abu-abu dan lumba-lumba hidung botol, serta hamster Cina.
Penelitian telah menunjukkan bahwa nenek moyang SARS-CoV-2 kemungkinan besar berasal dari spesies kelelawar. Lalu apakah kelelawar secara langsung menularkan virus SARS-CoV-2 ke manusia atau melalui inang perantara belum diketahui pasti. Tetapi penelitian ini mendukung gagasan bahwa ada satu atau lebih inang perantara yang terlibat.
Data tersebut memungkinkan para peneliti untuk membidik spesies mana yang mungkin terlibat menjadi inang perantara di alam liar. Tentu ini akan membantu upaya kita dalam mengendalikan wabah infeksi SARS-CoV-2 di masa depan pada populasi manusia dan hewan.
"Data tersebut memberikan titik awal yang penting untuk mengidentifikasi populasi hewan yang rentan dan terancam infeksi SARS-CoV-2," kata Harris Lewin, penulis studi dan profesor evolusi dan ekologi terkemuka di UC Davis.