Oleh Akhmad Maliki, S.Pd (Guru Matematika di MTs Al Hidayah, Bogor)
REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi Covid-19 menantang dunia pendidikan untuk berubah. Dari pemangku kebijakan, guru, kepala sekolah sampai peserta didik seolah mengalami gagap menghadapinya. Merespon tantangan tersebut diterapkanlah pembelajaran jarak jauh (PJJ) di semua jenjang pendidikan Indonesia.
Kebijakan PJJ ini dinilai tepat untuk melindungi guru dan peserta didik dari penyebaran virus Covid-19. Pelaksanaannya pun cukup menggunakan smartphone atau laptop yang terhubung dengan internet atau melalui media elektronik lainnya. Kelebihan lainnya yaitu waktu dan tempat belajar yang fleksibel.
Sebagai guru matematika tentu saja penulis mengalami kegagapan serupa. Pembelajaran yang dilaksanakan tatap muka saja begitu banyak permasalahan. Mulai mental block peserta didik yang sudah terbentuk, seperti persepsi matematika sulit, pelajaran yang membosankan, sampai guru yang dicap killer. Bahkan, ada anggapan bahwa pelajaran matematika terlalu abstrak, tidak berhubungan dengan pengalaman siswa sehari-hari.
Permasalahan di atas bertambah berkali lipat tatkala pembelajaran dilakukan jarak jauh. Adapun, kekurangan metode PJJ adalah masih banyak daerah yang terbatas akses dan sarana, seperti pasokan listrik yang tidak merata, internet, kuota, media telekomunikasi atau signal yang tidak ada. Dampak ini akan terasa signifikan terutama untuk anak-anak yang sosial ekonominya rendah.
Selain itu, PJJ mengakibatkan berkurangnya interaksi antara guru dan peserta didik. Peserta didik kesulitan mendapatkan penjelasan yang lebih detil dan mendalam dari gurunya. Sehingga peserta didik kurang memahami materi pelajaran.
Terakhir, kekurangan PJJ adalah lemahnya pengawasan dalam belajar. Hal ini biasanya terjadi pada peserta didik yang mempunyai kecenderungan lebih aktif di luar rumah dari pada di dalam rumah. Mereka cepat bosan dan gelisah bila terlalu lama di dalam ruangan. Apalagi, orang tua yang bersangkutan sibuk bekerja, ditambah kurangnya kepedulian akan pendidikan anaknya.
Namun, inilah tantangan yang sesungguhnya dari seorang guru. Guru sudah semestinya bisa menjawab permasalahan yang dihadapi dengan berpikir lebih kreatif dan imajinatif namun ilmiah. Lantas, bagaimana pembelajaran matematika jarak jauh bisa dilaksanakan secara maksimal dan efektif?
Ada beberapa pendekatan dan saran yang bisa penulis berikan terkait pembelajaran matematika jarak jauh. Pertama, pilihlah materi yang esensial. Beberapa acuan dalam memilih materi esensial yaitu berhubungan dengan konsep matematika yang menjadi pra syarat dalam menunjang kemampuan konsep-konsep lainnya. Selain itu, perlu dilihat pula keterkaitan konsep dengan bidang studi lain dan kebermanfaatan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, menggunakan pendekatan matematika realistik. Pembelajaran realistik adalah proses pembelajaran yang memberikan masalah dalam konteks yang dapat dijangkau oleh peserta didik baik itu dunia nyata, dunia fantasi ataupun dunia matematika formal, asalkan nyata dalam pikiran peserta didik (Utari Sumarmo, 2013). Pendekatan ini memungkinkan pembelajaran matematika menjadi lebih dekat dengan kehidupan peserta didik.
Model matematika realistik dapat menjadi jembatan yang menghubungkan dunia nyata dengan matematika. Model ini dapat menghantarkan peserta didik menuju pemahaman konsep matematika yang baru. Sehingga pembelajaran matematika lebih bermakna dan memberikan siswa kesempatan untuk menemukan kembali dan merokunstruksi sendiri ide-ide matematika (Jenning dan Dunne, 1999).
Ketiga, membuat modul. Ciri khas modul yaitu memungkinkan siswa menyampaikan pelajaran untuk dirinya sendiri (self-contained) dan membimbing dirinya berinteraksi dengan materi kemudian mendapat umpan balik langsung akan belajar yang telah dilakukannya (self-directed) (Oemar Hamalik, 1991). Dengan modul diharapkan menumbuhkan peserta didik untuk mandiri dan percaya diri dalam belajar.
Dalam membuat modul guru dirangsang untuk memahami proses belajar itu sendiri. Guru dibiasakan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimanakah murid belajar? Bagaimanakah meningkatkan proses belajar? Bagaimanakah langkah-langkah dalam belajar? Hasil apakah yang ingin dicapai dalam setiap langkah? Dalam hal ini guru dituntut untuk berpikir dan bersikap ilmiah.
Dalam modul pembelajaran tersebut berisi lembar aktivitas yang berguna menuntun peserta didik berproses dalam berpikir dan bernalar untuk membuat hipotesis, model atau simbolisasi yang tujuan akhirnya menemukan konsep, aksioma, atau formula matematika yang diajarkan. Disinilah tugas guru diuji; Bagaimana mengajukan pertanyaan yang cerdas untuk mengarahkan peserta didik? Bagaimana memberikan tantangan permasalahan yang merangsang peserta didik dalam bernalar? Dan bagaimana mendiskusikan cara kerja peserta didik dalam pembelajaran?
Terakhir, guru perlu menggunakan berbagai metode dan cara komunikasi baik melalui daring, seperti Zoom, Google Meet atau Whatsapp, maupun luring, seperti; Televisi, buku atau dokumen lainnya sebagai sarana untuk mendapatkan feedback dari peserta didik.
Demikianlah beberapa saran dan pendekatan dalam pembelajaran matematika jarak jauh yang penulis bisa bagikan. Harapannya, tulisan ini bisa memberikan sedikit pandangan dan inspirasi bagi guru-guru yang sedang melakukan PJJ di tengah pandemi Covid-19.