Rabu 25 Nov 2020 13:32 WIB
Cerita di Balik Berita

Liputan di Aceh: Heli Wartawan, Pangdam & Menteri Ditembak

Helikopter yang aku naiki rusak dan diperbaiki mekanik seperti memperbaiki metro mini

M Subroto, Jurnalist Republika
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Subroto, Jurnalis Republika

Situasi di Lhokseumawe, Aceh Utara panas. Perusahaan eksplorasi migas PT ExxonMobile Indonesia di Lhoksukon menghentikan operasionalnya pada 8 Maret 2001. Penghentian perusahaan gas itu diduga karena teror dari orang-orang tak dikenal. Saat itu konflik masih terjadi di Aceh, Gerakan Aceh Merdeka (GAM) masih ada.

Penghentian operasi ExxonMobile itu mematikan industri LNG PT Arun NGL Co yang mengekspor gasnya ke Jepang dan Korea Selatan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro melakukan pencarian fakta di lapangan untuk mengetahui mengapa perusahaan   tambang gas alam milik AS itu menutup operasionalnya.

Rombongan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro berangkat menggunakan pesawat Foker-70 milik Pelita Air Service. Aku ikut bersama dengan rombongan bersama enam wartawan dari Jakarta.

Sejak di Jakarta kami sudah diingatkan bahwa kondisi di Lhokseumawe masih gawat. Kami diminta untuk waspada dengan mengikuti arahan yang diberikan tentara yang mengawal. Kami  juga diminta untuk tidak terpisah dari rombongan.

Aku sudah bersiap-siap dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Bisa saja nanti rombongan diserang GAM atau kelompok lain. Bisa juga tak kembali sesuai jadwal. Tak tertutup kemungkinan terpaksa harus survival di tengah hutan. Selain pakaian, aku juga menyiapkan bekal makanan untuk bertahan hidup beberapa hari.

Pesawat yang membawa rombongan dari Jakarta mendarat di Bandara Malikussaleh, Lhokseumawe, sekitar pukul 09.30 WIB. Sebelum mendarat, dari atas pesawat kami melihat banyak sekali tentara di seputar bandara.

Di landasan banyak pasukan Paskhas TNI AU bersiaga mengitari areal bandara. Mereka  berjaga-jaga dengan senjata SS1. Sebagian dalam posisi tiarap di rerumputan dengan senjata diacungkan ke depan.

Di bagian belakang bandara  terlihat tiga panser bersiaga. Rombongan dari Jakarta dikawal ketat. Menurut tentara, beberapa saat sebelumnya ditemukan bom di jalan yang  sedianya akan dilalui rombongan.

Kami melanjutkan perjalanan ke Kantor ExxonMobil di Lhoksukon dengan menggunakan dua helikopter. Heli pertama diisi tujuh wartawan ditambah satu staf Puspen TNI. Heli kedua Menteri ESDM, Pangdam Bukit Barisan Mayjen IG Purnawa, dan rombongan.

Heli jenis Bell 412 yang kami naiki meninggalkan bandara. Dari udara kami melihat  tentara berlari-lari menyebar ke luar bandara. Sepertinya mengejar sesuatu, entah apa.

Heli terbang rendah di atas puncak-puncak pepohonan. Tak ada sesuatu yang mencurigakan.  Kami mengobrol dengan riang. Tertawa-tawa. Ada yang baru kali ini menginjakkan kaki di Bumi Serambi Makkah. Ada yang baru pertama kali naik helikopter.

Kami mendarat dengan selamat di Lhoksukon. Tapi kehebohan segera terjadi, ada kabar tadi heli kami ditembaki. Juga heli yang membawa Menteri Purnomo Yusgiantoro.

Kabar justru datang dari Jakarta. Redaktur nasional menelepon menanyakan keadaanku. Rupanya ada yang mengirim berita ke Jakarta bahwa heli rombongan menteri ditembaki.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement