Selasa 22 Dec 2020 02:42 WIB

Kemendikbud: Industri Butuh Lulusan Berkarakter

Dunia industri dan usaha butuh pendidikan vokasi.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Muhammad Hafil
Kemendikbud: industri Butuh Lulusan Berkarakter. Foto:  Pendidikan Vokasi (ilustrasi)
Foto: www.pnj.ac.id
Kemendikbud: industri Butuh Lulusan Berkarakter. Foto: Pendidikan Vokasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto mengatakan dunia usaha dan dunia industri membutuhkan pekerja yang memiliki karakter baik. Terkait hal ini, Wikan berpendapat pendidikan karakter menjadi hal yang harus disiapkan oleh sekolah vokasi.

"Dari pengalaman selama ini, industri menginginkan karakter yang baik, siap kerja, siap menghadapi tekanan dunia kerja, mampu berkomunikasi, mampu bekerjasama dalam tim, memiliki inisiatif yang baik, serta terampil dalam mengaplikasikan teknologi dan ilmunya di lapangan," kata Wikan, saat membuka Indonesia Vocational Outlook 2020, Senin (21/12).

Baca Juga

Wikan menjelaskan, hardskill memang hal yang jelas harus dimiliki lulusan sekolah vokasi, namun harus sesuai dengan konteks di lapangan. Menurutnya, jika karakter dan softskill sudah terbentuk lebih awal maka hardskill akan lebih mudah untuk diasah.

Hal yang penting untuk difokuskan dalam pendidikan vokasi saat ini adalah agar para lulusan nantinya siap menjadi pembelajar sepanjang hayat. Para guru atau dosen harus bisa memberikan pendidikan yang mendorong para siswa atau mahasiswanya menjadi seorang pembelajar yang kuat.

"Filosofi pendidikan harus diganti, menjadi bukan hanya pendidik yang mengisi siswa dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki guru. Harus digeser ke arah pendidikan pendidik yang menuntun," kata dia lagi.

Lebih lanjut, Wikan berpendapat perlu ada perubahan pola pikir secara menyeluruh dari semua sumber daya manusia (SDM) pendidikan vokasi. Mulai dari guru, dosen, kepala sekolah harus mengikuti perubahan dan membuat kebijakan yang inovatif.

"Prinsipnya, kalau ibarat makanan dunia kerja pesan nasi pecel. Maka, mari kita bikinkan nasi pecel yang spesial dan istimewa. Jangan sampai kurikulum dunia pendidikan kita justru menghasilkan gado-gado atau nasi goreng, atau bahkan nasi sambel kacang," kata Wikan. 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement