REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Antioksidan banyak disebut di iklan, media sosial, serta tercantum pada kemasan merek. Akan tetapi, definisi istilah itu sebenarnya belum jelas bagi banyak orang, terutama yang baru mulai membangun kebiasaan sehat.
Seiring waktu, struktur atau fungsi sel dapat berkurang akibat kerusakan yang disebut stres oksidatif. Antioksidan adalah bagian dari pertahanan alami tubuh terhadap stres oksidatif sehingga membantu melawan penyakit.
Ada ribuan makanan alami yang merupakan sumber antioksidan, tubuh pun bisa memproduksinya sendiri. Terdapat pula antioksidan yang diramu manusia dalam bentuk berbagai suplemen di pasaran.
Tersedia ribuan jenis antioksidan, termasuk vitamin, karotenoid, terpen, alkaloid, mineral, flavonoid, curcumin, katekin, tanin, dan antosianin. Beberapa nama populer yakni vitamin C, vitamin E, selenium, dan beta-karoten.
Menurut Pusat Nasional untuk Kesehatan Komplementer dan Integratif Amerika Serikat (NCCIH), mengonsumsi makanan kaya antioksidan mendukung kesehatan. Itu juga membantu dalam memerangi penyakit kronis.
Akan tetapi, NCCIH juga menunjukkan bahwa suplemen antioksidan belum ditautkan secara substansial untuk pencegahan penyakit dan mendukung kesehatan lebih baik. Itu sebabnya lebih baik menyantap sumber antioksidan alami.
Konsumsi makanan kaya antioksidan bisa diatur secara khusus dalam pola makan tertentu. Meskipun, belum begitu jelas apakah kesehatan lebih bergantung pada konten antioksidan dalam makanan atau nutrisi lainnya, dikutip dari laman CNet, Sabtu (6/2).