REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki bulan ketiga pada tahun ini, Maret, terdapat sejumlah fenomena astronomi yang menarik akan kembali terjadi.
Dikutip dari unggahan Bosscha Observatory di jejaring sosial Instagram, ada beberapa fenomena astronomi yang dapat disaksikan oleh semua orang dalam kondisi langit cerah sebagai berikut :
Dimulai pada 6 Maret, di mana waktu ini adalah Bulan memasuki fase kuarter akhir. Dalam waktu setelah matahari terbenam, langit akan gelap dan terbebas dari polusi cahaya, di mana saat itu pengamatan dapat dilakukan.
Pada dini hari, Bulan akan terbit di ufuk timur dengan bentuk separuh lingkaran. Bulan akan terus bergerak ke arah barat dan di pagi hari, saat matahari terbit, Bulan berada di atas kepala.
Selanjutnya, fenomena astronomi terjadi pada 13 Maret, di mana ini adalah fase Bulan Baru. Pada fase ini, Bulan tidak akan terlihat di langit, baik di malam maupun siang hari.
Fase Bulan Baru dimulai ketika Bulan mengalami konjungsi, diprediksi terjadi pukul 17.21. Ini merupakan waktu terbaik untuk melakukan pengamatan langit di malam hari, khususnya benda-benda luar angkasa yang redup seperti galaksi, nebula, dan gugus bintang.
Selanjut pada 14 Maret, ada hujan meteor Normid yang dapat disaksikan mulai pukul 21:39 WIB hingga fajar. Fenomena ini akan membuat langit sangat indah dan sayang untuk dilewatkan.
Kemudian pada 20 Maret, terjadi fenomena Equinox, di mana Matahari akan berada tepat di atas wilayah yang dilintasi garis khatulistiwa. Ini menjadi peristiwa yang terjadi selama dua kali setiap tahun, yaitu selain bulan ini, juga di September dan berlangsung sekitar tanggal 20-an. Ini menjadi penanda dimulainya musim semi atau musim gugur, tergantung masing-masing wilayah belahan Bumi.
Puncak Equinox pada 20 Maret diperkirakan terjadi pukul 16.37 WIB. Beberapa fenomena yang terjadi selama peristiwa ini berlangsung adalah diantaranya Hari Tanpa Bayangan dan Sun Outage.
Hari Tanpa Bayangan akan terjadi saat Matahari berada diatas kepala (zenith) atau 4-5 menit sebelum waktu sekitar pukul 12.00 di wilayah garis khatulistiwa. Sementara, Sun Outage adalah fenomena dimana satelit buatan mengalami gangguan teknis karena terpapar radiasi matahari yang berlebihan.
Fenomena Sun Outage umumnya hanya terjadi beberapa jam saja dan akan kembali normal setelah satelit geostasioner tidak sejajar lagi dengan Matahari.
Pada 21 Maret, fase Bulan Kuarter Awal terjadi. Penampakan Bulan di langit pada saat ini terlihat seperti separuh lingkaran yang terbit di ufuk timur ketika siang. Bulan akan bersinar di belahan langit barat selama kurang lebih enam jam hingga terbenam di ufuk barat pada waktu tengah malam.
Waktu yang paling efektif untuk melakukan pengamatan benda langit saat fase Bulan Kuarter Awal adalah selepas Bulan terbenam hingga Matahari terbit, karena pada saat itu langit akan terbebas polusi cahaya Bulan.
Pada 27 hingga 28 Maret, ada fenomena Oposisi Solar Makemake. Makemake atau 136472 Makemake, 2005, FYg adalah planet kerdil transneptunis di Tata Surya yang terletak di sabuk Kuiper.
Dikutip dari website Lapan.go.id, planet katai ini berukuran sekitar tiga per empat Pluto dan mengorbit matahari selama 306 hari. Sejak ditemukan pada 31 Maret 2005, Makemake tidak memiliki satelit, namun sejak April 2015, Makemake diketahui memiliki satelit yang dinamakan MK2 atay S/2015 (136472) 1 yang dipotret melalui teleskop luar angkasa milik NASA, Hubble.
Terakhir, pada 29 Maret ada fase Bulan Purnama. Setelah matahari terbenam, bulan akan muncul di ufuk timur dan berada di atas kepala pengamat saat tengah malam, hingga terbenam di ufuk barat saat matahari terbit.
Bulan Purnama dapat disaksikan pada malam sebelumnya, yaitu mulai 28 Maret pukul 17:45 waktu setempat dari arah timur. Hingga kemudian keesokan harinya pada 29 Maret sekitar tengah malam di sekitar zenit dan terbenam setelah matahari terbit sekitar pukul 06.30 waktu setempat di arah barat.