Dia merekomendasikan pengujian imunotoksisitas diprioritaskan untuk bahan kimia dalam makanan dan bahan kotak makanan untuk melindungi kesehatan masyarakat dari potensi bahaya bagi sistem kekebalan.
"Saya meminta FDA untuk menutup celah peraturan yang memungkinkan aditif makanan yang berpotensi tidak aman tetap ada di pasar. FDA juga harus segera meninjau aditif seperti TBHQ untuk mencerminkan sains baru," kata dia.
Diketahui, studi epidemiologi manusia menunjukkan kalau PFAS menekan fungsi kekebalan dan menurunkan kemanjuran vaksin Covid-19. Penelitian yang baru-baru ini diterbitkan juga menemukan hubungan antara tingkat PFAS yang tinggi dalam darah dan tingkat keparahan Covid-19.
Anehnya, untuk sebagian besar PFAS, hasil ToxCast tidak cocok dengan data uji hewan dan manusia sebelumnya. Ini menggambarkan keterbatasan metode pengujian kimia baru ini. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami bagaimana PFAS merusak sistem kekebalan tubuh.
Pendekatan Food and Drug Administration terhadap regulasi aditif makanan tidak mempertimbangkan sains terbaru tentang bahaya kesehatan dari aditif yang mungkin ditambahkan secara legal ke makanan olahan yang diproduksi di Amerika Serikat Tahun lalu, EWG menerbitkan Food Additives State of the Science, yang menyoroti zat aditif diketahui dapat meningkatkan risiko kanker, merusak sistem saraf dan mengganggu keseimbangan hormon tubuh.
Bahan kimia yang terkait dengan bahaya kesehatan dapat ditambahkan secara legal ke makanan kemasan karena FDA sering kali mengizinkan produsen makanan untuk menentukan bahan kimia mana yang aman. Aditif seperti TBHQ telah disetujui oleh FDA beberapa dekade yang lalu, dan badan tersebut tidak mempertimbangkan sains baru untuk menilai kembali keamanan bahan kimia makanan.
Sumber : timesnownews