REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mendukung Kementerian Pertanian (Kementan) untuk terus mengembangkan industri pengolahan porang yang memiliki nilai ekspor tinggi. Seperti diketahui, tanaman porang saat ini sedang menjadi primadona untuk dibudidayakan petani karena komoditas itu memiliki peluang pasar yang cukup besar. Apalagi permintaan ekspor dan pasar dalam negeri baru terpenuhi sekitar 10 persen.
"Porang punya potensi besar sebagai produk ekspor yang akan mendatangkan banyak devisa bagi negara. Kita ingin tanaman porangdijadikan komoditas super prioritas," kata LaNyalla di sela reses di Madiun, Jawa Timur, Ahad (1/8).
Namun, ia menyarankan agar pengembangan porang dalam skala luas dan lengkap dari hulu ke hilir dilakukan dengan kelembagaan petani yang kuat. Salah satu tempat sentra budi daya porang adalah Kabupaten Madiun.
Pada tahun 2020, luas lahan budi daya porang di Madiun mencapai 5.363 hektare dan terletak di sejumlah kecamatan, yaitu Saradan, Kare, Dolopo, Dagangan, Mejayan, Gemarang, Wungu, Wonoasri, Pilangkenceng, dan Madiun. Kementan mendorong Kabupaten Madiun tak hanya menjadi sentra budi daya, tapi juga sebagai sentra industri olahan porang. Nantinya ekspor porang bukan lagi dalam bentuk umbi, tetapi sudah dalam bentuk olahan, yakni tepung dan beras.
"Porang ini mengandung glukomanan yang menurut para ahli mempercepat rasa kenyang, memperlambat pengosongan perut. Makanya di Jepang, porang dijadikan sebagai bahan baku beras shirataki, yakni beras yang digunakan untuk berdiet. Nah, kita juga ingin nantinya masyarakat global bisa mengenal beras porang dari Madiun," ucapnya.
Tak hanya bahan baku beras diet, menurut LaNyalla, porangdiolah menjadi bahan campuran pada produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, bahan pengental pada produk sirup, dan produk kosmetik.