REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menilai pentingnya kesejahteraan bagi petani swadaya kelapa sawit. Wapres mengatakan, petani swadaya saat ini menguasai hampir separuh perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019, dari sekitar 14,6 juta Hektar perkebunan kelapa sawit, diperkirakan sebesar 6,04 juta hektar atau 41,35 persen dikuasai oleh perkebunan rakyat dengan produksi minyak sawit 16,2 juta ton atau 34 persen.
"Pemerintah memandang penting untuk memberikan perhatian khusus kepada perkebunan rakyat, terutama untuk lebih meningkatkan kesejahteraan petani," kata Wapres di acara Panen Perdana Kelapa Sawit Hasil Program Peremajaan Sawit Rakyat melalui virtual, Kamis (2/9).
Karena itu, Wapres menekankan setidaknya tiga kluster yang perlu dikelola untuk meningkatkan nilai tambah dan perbaikan kesejahteraan petani. Pertama, kata Wapres, penguatan sektor hulu, melalui pembibitan dan pengelolaan selama masa tanam; peningkatan produktivitas tanaman sawit rakyat; serta tanaman sela dan integrasi dengan ternak atau disebut sebagai pertanian terintegrasi.
Kedua, dengan memperkuat industri hilir yakni melalui penguatan permodalan, pengembangan dan pengelolaan produksi sawit pasca panen.
"Hilirisasi atau pengembangan dan pengolahan produk turunan dengan nilai tambah tinggi; pengembangan pemasaran dan penguatan pasar sawit; serta tetap menjaga harga CPO," kata Wapres.
Ketiga, Wapres menilai peningkatan kualitas SDM, melalui pembinaan, pelatihan, magang, studi banding, dan konsultasi; manajemen usaha; serta penguasaan teknologi untuk perbaikan sistem produksi dan kontrol kualitas. Selain itu, melalui pengembangan desain dan rekayasa produk, peningkatan efisiensi penggunaan bahan baku, juga pemanfaatan teknologi untuk pemasaran.
Wapres juga menilai perkebunan rakyat harus mulai masuk ke industri hilir guna meningkatkan nilai tambah serta meningkatkan pendapatan dan peluang pengembangan usaha yang lebih luas. Dalam hal ini, ungkap Kiai Ma'ruf, UMKM Sawit merupakan sarana yang tepat bagi perkebunan rakyat untuk masuk ke industri hilir.
"Produksi skala UMKM tidak saja menjadi nilai tambah untuk petani sawit, tapi juga membuka peluang penyerapan tenaga kerja yang lebih luas karena beragamnya produk turunan Sawit di Indonesia," katanya.