Kamis 16 Sep 2021 06:38 WIB

Mengapa Minum Kopi Kadang Bikin Tubuh Kurang Berenergi?

Konsumsi kopi juga bisa membuat orang menjadi mengantuk, kurang berenergi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Secangkir kopi. Kopi mengandung kafein yang cukup tinggi, lebih banyak daripada teh.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Secangkir kopi. Kopi mengandung kafein yang cukup tinggi, lebih banyak daripada teh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kafein, bahan aktif utama dalam kopi, memiliki reputasi sebagai penambah energi. Tetapi kafein juga merupakan obat, yang artinya dapat memengaruhi orang secara berbeda, tergantung pada kebiasaan konsumsi dan gen masing-masing.

"Paradoksnya adalah bahwa dalam jangka pendek, kafein membantu perhatian dan kewaspadaan. Ini membantu beberapa tugas kognitif, dan membantu tingkat energi," kata Mark Stein, profesor di Departemen Psikiatri dan Ilmu Perilaku di University of Washington, Amerika Serikat.

Baca Juga

Tetapi, efek kumulatif atau dampak jangka panjang dari kafein justru berdampak sebaliknya. Stein mendapatkan kesimpulan itu setelah mempelajari dampak kafein pada orang-orang dengan gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas.

Bagian dari efek paradoks kafein dihasilkan dari efeknya pada apa yang oleh para peneliti disebut sebagai "tekanan tidur", yang memicu betapa mengantuknya kita seiring berjalannya hari. Sejak bangun, tubuh memiliki jam biologis yang mendorong untuk kembali tidur di kemudian hari.

Seth Blackshaw, ahli saraf di Johns Hopkins University yang mempelajari tidur, mengatakan bahwa para peneliti masih mempelajari tentang bagaimana tekanan tidur terbentuk di dalam tubuh. Sepanjang hari, sel dan jaringan menggunakan dan membakar energi dalam bentuk molekul energi yang disebut adenosin trifosfat (ATP).

Saat ATP dikeluarkan--entah ketika orang berolahraga, menjalankan tugas atau duduk di meja kerja--sel tubuh menghasilkan bahan kimia yang disebut adenosin sebagai produk sampingan. Adenosin kemudian mengikat reseptor di otak, membuat oran lebih mengantuk.

Secara kimiawi, kafein terlihat cukup mirip dengan adenosin pada tingkat molekuler yang menempati tempat pengikatan tersebut, mencegah adenosin mengikat reseptor otak. Akibatnya, kafein bekerja untuk menekan sementara tekanan tidur, membuat orang merasa lebih terjaga. Sementara itu, adenosin terus menumpuk di dalam tubuh.

"Begitu kafein habis, Anda mendapatkan tingkat tekanan tidur yang sangat tinggi, dan Anda harus mengasupnya kembali," kata Blackshaw, seperti dilansir Indian Express, Rabu (15/9).

Faktanya, satu-satunya cara untuk meredakan dan mengatur ulang tingkat tekanan tidur yang tinggi adalah dengan tidur. Yang memperparah masalahnya adalah toleransi tubuh terhadap kafein meningkat seiring dengan semakin banyak konsumsinya.

Hati beradaptasi dengan membuat protein yang memecah kafein lebih cepat, dan reseptor adenosin di otak menjadi berlipat ganda. Alhasil, mereka dapat terus peka terhadap kadar adenosin untuk mengatur siklus tidur.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement