REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejauh ini, National Health Service Inggris hanya mencantumkan batuk, demam, dan kehilangan fungsi indra penciuman dan pengecap sebagai gejala umum Covid-19. Hanya saja, menurut pelaporan masyarakat di aplikasi Zoe Covid Symptom, tanda-tandanya sudah tidak cocok dengan daftar gejala versi resmi tersebut.
Di aplikasi Zoe, 72 persen orang yang terinfeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, mengalami sakit kepala dan pilek. Tidak sedikit yang salah mengartikan lima gejala utama Covid-19 sebagai pilek dan flu, terlebih batuk, demam, dan kehilangan fungsi indra penciuman dan pengecap bukan bagian dari lima gejala umum tersebut.
Peneliti Zoe Covid Symptom menyebut, penting agar setiap orang mengenali dengan baik gejala umum Covid-19 yang tidak boleh diabaikan. Dilansir The Sun, data menunjukkan bahwa sekitar 60 persen orang akan mengalami bersin, 54 persen sakit tenggorokan, 47 persen batuk, dan 46 persen kehilangan indra penciuman.
Gejala-gejala tersebut juga sering diikuti dengan demam, menggigil, dan sakit kepala. Sekitar 34 persen orang mengatakan, mengalami gejala lain.
Sebanyak 29 persen dari mereka menderita sakit di bagian mata dan 27 persen merasakan brain fog (kabut otak), kondisi di mana seseorang merasa sulit berkonsentrasi dan tidak dapat fokus. Gejala itu dibarengi dengan hilangnya nafsu makan, nyeri otot, nyeri dada, diare, pembengkakan kelenjar, dan sakit telinga.
Tim Spector, seorang profesor di King's College London, Inggris dan kepala aplikasi Zoe Symptom Tracker App mengatakan bahwa kelompok penelitinya telah memantau perkembangan gejala Covid-19 selama 534 hari. Ia pun menyerukan agar pemerintah membuat pembaruan daftar gejala-gejala Covid-19.
Terlebih, hampir 50 persen orang yang dites positif Covid-19 dengan menggunakan metode PCR tidak memiliki gejala umum. Menurut Prof Spector, pemerintah perlu mempertimbangkan hal tersebut mengingat makin banyak orang terinfeksi, namun tidak diketahui.