REPUBLIKA.CO.ID, MASSCHUSETTS -- Analisis ilmiah pertama dari gambar yang diambil oleh penjelajah Perseverance milik Badan Antariksa Amerika (NASA) mengkonfirmasi bahwa Kawah Jezero Mars dulunya adalah sebuah danau yang tenang. Kawah jazero adalah lokasi di Mars, tempat Perseverance mendarat pada Februari lalu. Tempat ini diyakini menyimpan misteri kehihidupan kuno di planet itu.
Berdasarkan hasil analisa, ilmuwan mengkonfirmasi bahwa dulu, pada sekitar 3,7 miliar tahun lalu tempat itu dialiri oleh sungai kecil. Namun, tanah liat berbutir halus dan lapisan karbonat yang tersimpan di danau fosil di planet Mars tersebut dibatasi oleh diamict, batuan sedimen yang terdiri dari campuran batu-batu besar dan kecil.
Para ilmuwan berpikir batu-batu itu terangkat puluhan mil ke hulu dan diendapkan ke bekas dasar danau oleh banjir bandang episodik, menunjukkan perubahan iklim bencana di masa lalu Mars.
Analisa baru yang diterbitkan pada 9 Oktober 2021 di jurnal Science tersebut didasarkan pada gambar batuan yang muncul di tepi barat kawah. Satelit sebelumnya telah menunjukkan bahwa daerah ini (jika dilihat dari atas) menyerupai delta sungai di bumi, dimana lapisan sedimen diendapkan dalam bentuk kipas saat sungai mengalir ke danau.
Menurut rilis berita oleh Institut Teknologi Massachusetts (Massachusetts Institute of Technology/MIT), sistem danau dan sungai yang mengalir ke kawah Jezero kemunginan aktif sekitar 3,8 hingga 3,6, miliar tahun lalu. Suksesi sedimen menunjukkan bahwa untuk sebagian besar, danau purba diberi makan oleh sungai yang mengalir dengan lembut.
Kemudian iklim menjadi jauh lebih ekstrem dan semburan lumpur yang dipicu oleh banjir tiba-tiba menyimpan batu-batu besar ke delta. Setelah danau mengering, angin mengikis lanskap, meninggalkan bukit kuno di belakang dengan sisi vertikal seperti yang dilihat saat ini. Ilmuwan belum mengetahui apa yang menyebabkan iklim di Mars berubah.
"Hal yang paling mengejutkan yang muncul dari gambar-gambar ini adalah peluang potensial untuk menangkap waktu ketika kawah ini bertransisi dari lingkungan layak huni seperti bumi ke gurun lanskap terkecil seperti yang kita lihat sekarang," kata profesor ilmu planet di Departemen Ilmu Bumi, Atmosfer, dan Planet MIT Benjamin Weiss seperti dikutip dari laman Forbes, Senin (11/10).