Kamis 02 Dec 2021 15:34 WIB

Vaksin mRNA Pertama Australia Diharapkan Tangkal Omicron

Vaksin mRNA dikembangkan para peneliti asal Monash University bersama IDT Australia.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Nora Azizah
Vaksin mRNA dikembangkan para peneliti asal Monash University bersama IDT Australia.
Foto: www.wikimedia.com
Vaksin mRNA dikembangkan para peneliti asal Monash University bersama IDT Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Ilmuwan asal negara bagian Victoria telah menciptakan vaksin mRNA pertama di Australia. Vaksin ini diharapkan dapat disesuaikan untuk melawan varian baru Covid-19 yang agresif, termasuk Omicron.

Vaksin baru ini dikembangkan di Melbourne dalam lima bulan oleh para peneliti Monash University, produsen farmasi IDT Australia, dan Doherty Institute. Saat ini, vaksin berada pada tahap uji klinis dan persetujuan regulasi. 

Baca Juga

Sekitar 450 dosis telah diproduksi di situs Boronia hingga memungkinkan 150 orang untuk mengambil bagian dalam uji coba fase satu mulai Januari, dengan hasil yang diharapkan nanti pada 2022. Namun, mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun sebelum vaksin itu diluncurkan ke masyarakat luas. 

Vaksin tersebut juga wajib melewati tiga tahap uji klinis, dan jika data tersebut disetujui oleh otoritas Australia. Sebab, tidak semua obat dan perawatan berhasil mencapai tahap akhir uji klinis. 

Menteri Inovasi Victoria, Jaala Pulford, mengatakan vaksin itu adalah tonggak penting. Ia mengapresiasi para peneliti dimana untuk pertama kalinya Australia mengembangkan vaksin mRNA.

"Australia telah memproduksi untuk uji coba vaksin mNRA Covid-19 pertama kami, ini juga merupakan produk mRNA pertama Australia yang telah diproduksi,” kata Pulford dilansir dari The Guardian pada Kamis (2/12). 

Pulford mengatakan, teknologi itu dapat mengarah pada perbatasan baru pengobatan individual. Bahkan, berpotensi dapat membantu para ilmuwan mengembangkan obat untuk penyakit lain termasuk kanker. 

“Kami adalah satu-satunya lembaga di negara ini yang memiliki kapasitas di bidang manufaktur farmasi, tetapi juga dalam pengembangan ilmiah, untuk melakukan ini," ujar Pulford.

Profesor biologi farmasi Universitas Monash, Colin Pouton, mengatakan, vaksin baru itu berbeda dengan vaksinasi Covid yang ada. Menurutnya, vaksin yang ada saat ini mengekspos sistem kekebalan tubuh ke seluruh protein lonjakan dan virus corona. 

“Kami memvaksinasi dengan domain pengikat reseptor, sekitar seperempat dari protein lonjakan," ucap Pouton.

Pouton mengatakan, vaksin tersebut dapat digunakan untuk melindungi dari varian baru Covid, termasuk Omicron. Namun masih belum diketahui apakah varian tersebut sudah dilindungi oleh vaksin yang ada karena masih terus diteliti.

“Kami belum tahu, karena hanya menginfeksi sejumlah kecil orang,” sebut Pouton.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement