REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tim ilmuwan yang telah melakukan eksperimen selama 16 tahun melakukan tantangan pada Teori Relativitas Umum yang digagas oleh Ilmuwan Albert Einstein. Teori yang diumumkan pada tahun 1915 membahas tentang gravitasi. Yakni, benda besar dan kecil bergerak dalam struktur ruang waktu empat dimensi.
Meskipun teori ini dapat menjelaskan gerakan kosmos, tetapi teori tidak dapat digunakan untuk menjelaskan tindakan pada skala terkecil alam semesta. Perilaku tersebut dipelajari dalam fisika kuantum dan teori masa depan yang dapat membantu untuk memahami alam semesta.
“Seberapa suksesnya Teori Relativitas Umum Einstein yang telah terbukti, kita tahu itu bukan kata terakhir dalam teori gravitasi. Lebih dari 100 tahun kemudian, para ilmuwan di seluruh dunia melanjutkan upaya mereka untuk menemukan kekurangan dalam teorinya,” kata Fisikawan dari University of East Anglia, Dr Robert Ferdman, dilansir Independent, Rabu (15/12).
Dalam studi terbaru yang diterbitkan dalam Physical Review X, para peneliti mengamati gerakan dua pulsar besar, sejenis bintang neutron yang memancarkan sinar radiasi elektromagnetik dari kutubnya melalui tujuh teleskop radio di seluruh dunia.
Pulsar memiliki berat lebih dari Matahari tetapi lebarnya hanya 15 mil. Satu pulsar berputar 44 kali per detik sementara yang lain membutuhkan waktu 2,8 detik untuk berputar. Kedua benda langit itu mengorbit satu sama lain setiap 147 menit dengan kecepatan satu juta kilometer per jam.
Para ilmuwan mampu menguji cara energi yang dibawa oleh gelombang gravitasi pada skala 1.000 kali lebih baik dari teknologi saat ini. Mereka tidak hanya menemukan teori Einstein tetap bertahan, tetapi mereka juga dapat melihat efek yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
“Terlepas dari gelombang gravitasi dan perambatan cahaya, presisi kami memungkinkan untuk mengukur efek perluasan waktu yang membuat jam berjalan lebih lambat di medan gravitasi,” kata Profesor Dick Manchester dari Badan Sains Nasional Australia (CSIRO).
Manchester melajutkan pihaknya perlu memperhitungkan persamaan Einstein yang terkenal, yaitu E = mc2 ketika mempertimbangkan efek radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh pulsar yang berputar cepat pada gerakan orbit.
“Radiasi ini sesuai dengan kehilangan massa delapan juta ton per detik. Meskipun ini tampak banyak, itu hanya sebagian kecil dari tiga bagian dalam seribu miliar miliar, dari massa pulsar per detik,” ujar dia.
Para ilmuwan mengatakan sementara tingkat presisi yang dapat mereka ukur belum pernah terjadi sebelumnya. Ini membuat eksperimen di masa depan dengan teleskop yang lebih besar akan memeriksa alam semesta dengan tingkat akurasi yang lebih besar dan beraharap suatu hari dapat menemukan penyimpangan dari Teori Einstein.