Peringatan efek samping
Analisis baru menemukan obat itu hanya berhasil mengurangi risiko relatif rawat inap karena Covid-19 sebesar 30 persen. Angkanya turun drastis dari 50 persen yang awalnya ditemukan dari penelitian.
Molnupiravir perlu diberikan segera setelah pasien yang terinfeksi mengembangkan gejala Covid-19 agar efektif. Terlepas dari kemanjurannya yang rendah, Kepala Indian Council of Medical Research (ICMR) Balram Bhargava juga memperingatkan bahwa obat itu memiliki masalah keamanan utama.
"Konsumsi molnupiravir dapat menyebabkan abnormalitas pertumbuhan janin dan mutagenisitas serta menyebabkan kerusakan tulang rawan dan merusak otot," kata Bhargava, dilansir Times Now News, Ahad (9/1/2022).
Lebih penting lagi, menurut Bhargava, jika diberikan kepada calon ayah atau calon ibu, kontrasepsi harus dipakai selama tiga bulan. Sebab, anak yang lahir selama periode tersebut dapat memiliki masalah dengan pengaruh teratogenik (cacat lahir).
Mengingat molnupiravir mendorong RNA virus untuk bermutasi, beberapa ahli telah mengemukakan kekhawatiran bahwa obat itu dapat menyebabkan mutasi pada sel inang. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Infectious Diseases pada Agustus 2021 menemukan hal ini terjadi pada kultur sel hewan yang diobati dengan molnupiravir.
Temuan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa obat itu dapat menyebabkan kanker atau cacat lahir. Penulis penelitian menyerukan pengujian lebih lanjut dari obat yang akan dilakukan in vivo, juga merekomendasikan penilaian efek genotoksisitas obat.
Meskipun risiko ini ditemukan rendah, dengan para ahli mencatat sudah ada beberapa obat di pasar yang menimbulkan risiko serupa. Tampaknya ICMR telah menyimpulkan bahwa potensi manfaat obat tidak secara meyakinkan lebih besar daripada risiko terkait, terutama mengingat efektivitas obat yang rendah.