REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian Covid-19 Omicron yang menyebar dengan cepat dinilai bisa mengakhiri pandemi di Eropa. Hal itu diungkapkan Hans Kluge, Direktur cabang Eropa dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dilansir dari Brussel Times, Senin (24/1/2022), dia mengatakan bahwa strain Omicron membawa benua itu ke fase baru pandemi. Dia menambahkan bahwa masuk akal jika kawasan itu bergerak menuju “semacam permainan akhir pandemi”.
“Begitu gelombang Omicron mereda, akan ada kekebalan global selama beberapa minggu dan bulan, baik berkat vaksin atau karena orang kebal melalui infeksi,” kata Kluge.
Kluge menjelaskan bahwa, ketika suhu mulai meningkat di Eropa, akan ada lebih sedikit infeksi karena efek musiman. WHO mengantisipasi akan ada masa tenang sebelum Covid-19 dapat kembali menjelang akhir tahun. Meburutnya, ini memang belum tentu menandakan pandemi akan kembali.
Namun, Kluge mendesak agar berhati-hati dan menyebutkan bahwa virus tersebut sebelumnya tidak dapat diprediksi. Selain itu, masih ada kemungkinan bahwa varian lain dapat muncul.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan awal bulan ini bahwa waktunya belum tiba bagi orang-orang untuk menurunkan kewaspadaan mereka. Ini mengingat kemungkinan bahwa risiko rawat inap dan kematian sedikit lebih rendah di antara orang-orang yang divaksinasi dan terinfeksi varian Omicron.
“Meskipun Omicron menyebabkan penyakit Covid-19 yang lebih ringan daripada Delta, itu tetap menjadi virus yang berbahaya, terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi. Hampir 50.000 kematian seminggu terlalu banyak. Belajar untuk hidup dengan virus ini tidak berarti kita harus menerima jumlah kematian ini,” tulisnya di Twitter.
Situasi di Eropa
Varian Omicron, sekarang menjadi strain dominan di Uni Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa (EEA). Varian telah diidentifikasi di semua negara, menurut data terbaru dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC).
Data ini juga menunjukkan bahwa varian tersebut menyumbang hampir 100 persen kasus di Belgia. Angka di mana infeksi meningkat pesat, tetapi jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dalam perawatan intensif terus menurun.
Kluge mengingatkan terkait "meminimalkan gangguan rumah sakit, sekolah dan ekonomi, serta menempatkan upaya besar untuk melindungi yang rentan". Dibandingkan dengan langkah-langkah untuk menghentikan penularan, Kluge lebih mendesak orang untuk menjalankan tanggung jawab pribadi.
Dia menambahkan bahwa fokus utama juga harus pada menstabilkan sistem perawatan kesehatan di semua negara.
“Menstabilkan berarti sistem kesehatan tidak lagi kewalahan karena Covid-19 dan dapat melanjutkan layanan kesehatan esensial, yang sayangnya sangat terganggu untuk kanker, penyakit kardiovaskular, dan imunisasi rutin,” tambahnya.