Jumat 28 Jan 2022 17:03 WIB

Sudah Vaksinasi Kemudian Kena Covid-19, Pakar Bilang Punya 'Kekebalan Super'

Namun, pasien harus kuat menghadapi infeksi dari kasus terobosan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Para ahli mengatakan fakta bahwa begitu banyak orang yang divaksinasi namun terjangkit Covid, mungkin membantu membangun apa yang oleh beberapa ilmuwan disebut
Foto: www.wikimedia.com
Para ahli mengatakan fakta bahwa begitu banyak orang yang divaksinasi namun terjangkit Covid, mungkin membantu membangun apa yang oleh beberapa ilmuwan disebut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian Covid-19 Omicron telah merajalela di AS musim dingin ini. Meskipun lonjakan infeksi terjadi secara tiba-tiba dan intens, para ahli mengatakan fakta bahwa begitu banyak orang yang divaksinasi namun terjangkit Covid, mungkin membantu membangun apa yang oleh beberapa ilmuwan disebut "kekebalan super".

Kekebalan super mengacu pada apa yang terjadi ketika pasien Covid yang divaksinasi memiliki respons kekebalan kuat setelah infeksi terobosan, menurut sebuah penelitian yang dirilis Desember oleh para peneliti di Oregon Health & Science University (OHSY). Kombinasi kekebalan vaksin dan kekebalan alami, apa pun urutannya, memberi lebih banyak perlindungan daripada yang hanya memiliki satu saja, menurut studi lanjutan OHSU yang diterbitkan awal pekan ini.

Baca Juga

“Tidak ada bedanya apakah Anda terinfeksi dan kemudian divaksinasi, atau jika Anda divaksinasi dan kemudian menjadi infeksi terobosan,” kata Fikadu Tafesse, rekan penulis studi sekaligus profesor mikrobiologi molekuler dan imunologi di OHSU School of Medicine, seperti dilansir dari Fortune, Jumat (28/1/2022).

Penelitian OHSU terbaru didasarkan pada kelompok pasien yang cukup kecil, yakni total 104 karyawan OHSU yang menerima vaksin Pfizer. 

Tetapi fenomena “kekebalan super” juga baru-baru ini diamati di Afrika Selatan, menurut Dr  Jessica Justman, profesor kedokteran dalam epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Columbia Mailman, kepada Fortune.

Justman mengatakan dengan kata lain, ini masih merupakan temuan awal, dan banyak ahli mencari lebih banyak data sebelum menarik kesimpulan konkrit. Temuan dari kedua studi masuk akal, tetapi akan membutuhkan lebih banyak waktu sebelum dapat dikatakan bahwa itu diterima secara luas.

Menurut Dr Luis Ostrosky, kepala divisi infeksi penyakit dari McGovern Medical School di University of Texas Health Science Center di Houston, studi awal menunjukkan bahwa memiliki antibodi dari kombinasi vaksin dan infeksi alami Covid, memberikan lebih banyak perlindungan dibandingan infeksi alami. 

“Kekebalan infeksi alami kuat untuk beberapa orang untuk beberapa waktu, tetapi tidak tahan lama,” kata Ostrosky.

Dia menambahkan kekebalan ini umumnya berlangsung sekitar tiga bulan. Ostrosky mengatakan sebagian besar ahli medis selalu mengatakan bahwa vaksinasi adalah cara terbaik untuk mencapai kekebalan. Tidak hanya kemungkinan rawat inap dan kematian yang lebih sedikit, tetapi kekebalan hibrida yang dibangun melalui kombinasi vaksin dan kasus terobosan terbukti lebih kuat daripada kekebalan yang diperoleh melalui infeksi alami.

“Banyak dari kita memiliki semacam perasaan campur aduk tentang apa yang terjadi dengan Omicron karena jelas, banyak orang terinfeksi dan hanya dengan jumlah belaka, banyak orang di rumah sakit dan sekarat, tetapi ini membangun kekebalan kelompok kita,” kata Ostrosky. 

Sekitar 94 persen orang harus kebal untuk mencapai kekebalan kelompok dan berhasil menghentikan penularan, menurut Mayo Clinic. Dengan jumlah kasus Omicron yang menakjubkan, para ahli kesehatan percaya bahwa AS dapat mencapai target ini. Meskipun jika itu benar-benar terjadi, beberapa ahli mengatakan kemungkinan itu tidak akan bertahan lama.

Namun ketika menyangkut individu yang mencapai "kekebalan super", penting untuk diingat bahwa seseorang harus bertahan dari infeksi terobosan. Itu adalah risiko nyata, terutama bagi orang tua dan mereka yang memiliki kondisi medis.

“Bahkan bagi mayoritas yang selamat dari infeksi terobosan, beberapa mengalami masa sulit dengan gejala akut yang parah dan/atau gejala jangka panjang,” tambahnya.

Penulis studi OHSU percaya bahwa kekebalan super ini akan efektif melawan varian Covid lainnya di masa depan, bahkan ketika virus terus berlanjut untuk bermutasi. Tetapi tingkat perlindungan dapat berubah seiring dengan semakin banyaknya data yang muncul.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement