REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Dosen Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Airlangga (Unair) Farida Fitriana, S.Keb., Bd., M.Sc Dosen Kebidanan mengingatkan, stunting merupakan bagian dari kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan berat dan panjang tubuh yang tidak sesuai standar umur. Menurutnya, ketika berat badan bayi yang baru lahir kurang dari 2500 gram dan panjangnya kurang dari 48 sentimeter, perlu diwaspadai sebagai ciri stunting.
“Stunting berpengaruh pada perkembangan otak dan keberhasilan pendidikan. Bahkan bisa meningkatkan risiko penyakit yang tidak menular, seperti diabetes, stroke, dan jantung,” kata dia, Jumat (11/2).
Farida mengatakan, perlu intervensi berkelanjutan dan komprehensif bagi ibu hamil dan ibu bersalin, untuk mencegah bayi stunting. Yakni dengan menyiapkan 1.000 hari pertam hidupan. Farida mengatakan, 1 dari 3 ibu hamil mengalami anemia dan hal itu bisa menghambat asupan oksigen ke janin, sehingga kemungkinan bisa prematur, berat bayi rendah, dan berpotensi stunting.
“Menyiapkan 1.000 hari pertama kehidupan tidak mahal, remaja putri saat menstruasi dianjurkan minum tablet tambah darah, begitupun dengan ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan zat besi dan asam folat,” ujar Farida.
Ia pun mengingatkan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dengan medis secara berkala. Upaya ini disebutnya bisa membantu kesehatan mental dan fisik ibu hamil dalam mempersiapkan persalinan, nifas, ASI, dan lain sebagainya.
Farida juga menyerukan untuk jaga pola hidup dan makanan gizi seimbang terutama bagi calon pengantin perempuan maupun istri yang tengah mempersiapkan kehamilan. “Ganti makanan cepat saji dengan makanan bernutrisi tinggi seperti sayur-sayuran,” kaya dia.