Ahad 13 Feb 2022 11:48 WIB

Efektivitas Booster Covid-19 Bisa Berkurang Tapi Tetap Kuat

Booster menawarkan perlindungan kuat terhadap penyakit parah akibat Covid.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
CDC mengatakan efektivitas booster bisa berkurang, namun tetap kuat. (ilustrasi)
Foto: Republika
CDC mengatakan efektivitas booster bisa berkurang, namun tetap kuat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandangan awal pada kinerja suntikan penguat atau booster Covid-19 selama gelombang omicron baru-baru ini di AS mengisyaratkan penurunan efektivitas. Meski demikian, booster masih menawarkan perlindungan yang kuat terhadap penyakit parah akibat terinfeksi Covid-19.

Laporan yang diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS dianggap sebagai pandangan awal dan terbatas pada daya tahan perlindungan booster selama lonjakan omicron yang meledak pada Desember dan Januari. “Booster vaksin Covid-19 tetap aman dan terus menjadi sangat efektif melawan penyakit parah dari waktu ke waktu,” kata juru bicara CDC, Kristen Nordlund, dilansir di Today, Ahad (13/2).

Baca Juga

Para peneliti mengamati kedatangan pasien ke rumah sakit dan pusat perawatan darurat di 10 negara bagian di AS. Mereka memperkirakan seberapa baik suntikan booster Pfizer atau Moderna mencegah kedatangan terkait Covid-19 ke unit gawat darurat dan pusat perawatan darurat, serta seberapa baik vaksin mencegah rawat inap?

Sekitar 10 persen orang dalam penelitian ini telah menerima booster. Efektivitas vaksin lebih tinggi pada orang yang menerima booster dibandingkan orang yang hanya menerima serangkaian suntikan dosis lengkap.

Peneliti juga menemukan selama varian omicron mendominasi, efektivitas vaksin terhadap kunjungan rawat jalan adalah 87 persen pada orang yang mendapat booster dua bulan sebelumnya, tetapi menjadi 66 persen pada empat bulan setelah menerimanya. Efektivitas vaksin terhadap rawat inap turun dari 91 persen pada dua bulan menjadi 78 persen pada bulan keempat.

Hasil tersebut, bagaimanapun, hanya didasarkan pada sejumlah kecil pasien (kurang dari 200) yang telah menerima booster empat bulan sebelumnya pada saat gelombang omicron. Tidak jelas apakah orang-orang itu mendapat booster lebih awal karena alasan medis yang mungkin membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit parah?

Studi tersebut mencatat efektivitas vaksin setelah booster lebih tinggi pada tahun lalu, ketika varian delta mendominasi kasus di AS. Pakar kesehatan memperkirakan perlindungan dari vaksin akan berkurang. Kampanye booster AS didasarkan pada bukti yang muncul pada tahun lalu, di mana perlindungan vaksin memudar enam bulan setelah orang mendapatkan vaksinasi awal mereka.

Sejak awal, vaksin menawarkan perlindungan lebih sedikit terhadap mutan omicron daripada versi virus sebelumnya. Studi ini tidak dapat membahas bagaimana perlindungan akan bertahan terhadap varian berikutnya yang akan datang.

Namun, ahli vaksin Vanderbilt University, William Schaffner, mengatakan temuan studi baru itu penting. “Saya sedikit terkejut, menurut data, bahwa itu sudah mulai berkurang,” ujarnya.

Schaffner menantikan perkiraan efektivitas vaksin yang lebih tinggi pada tanda pascabooster empat bulan. Namun, Schaffner juga mengatakan ingin melihat lebih banyak penelitian tentang daya tahan perlindungan booster.

Seorang dokter penyakit menular di University of Alabama di Birmingham, Michael Saag mengatakan 78 persen efektivitas terhadap rawat inap masih cukup efektif. “Anekdot, saya melihat sangat sedikit orang yang meninggal karena booster,” kata Saag. Bahkan di antara mereka yang sistem kekebalannya lemah, vaksin masih bekerja. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement