REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang ibu hamil di Texas, Amerika Serikat yang sebelumnya ogah divaksinasi kini mengajak semua sesama calon ibu untuk mau mendapatkan vaksin Covid-19. Perempuan bernama Diana Crouch itu berubah pikiran setelah terkena serangan jantung dan strok karena positif Covid-19 saat hamil.
Crouch dirawat selama 139 hari di rumah sakit, termasuk beberapa pekan menggunakan ECMO, mesin untuk mendukung kerja jantung dan paru-paru. Perempuan berusia 28 tahun itu bahkan tidak ingat bahwa dirinya telah melahirkan sang bayi, yang lahir melalui operasi Caesar pada minggu ke-31.
"Saya menempatkan bayi kesayanganku pada kondisi berbahaya," katanya.
Crouch mulai merasa tidak enak badan pada musim panas 2021. Akan tetapi, dia mengaitkan kelelahan dan sakit kepala itu dengan kehamilan.
Saat itu, usia kandungan Crouch sekitar 18 minggu. Dokter kandungan mulanya juga menganggap gejala itu terkait dengan dehidrasi dan mual-mual akibat kehamilan. Namun, ketika Crouch mengeluhkan demam, sang dokter mengirimnya ke unit gawat darurat (UGD).
Crouch yang telah dikaruniai empat orang anak tidak divaksinasi Covid-19. Crouch tidak khawatir tertular virus lagi karena dia sudah pernah terinfeksi SARS-CoV-2, sehingga merasa punya kekebalan alami.
"Saya hanya tidak ingin mengambil risiko. Saya merasa sudah punya sistem kekebalan, dan saya takut vaksin dapat memengaruhi bayi saya," kata Crouch, seperti dilansir Insider, Senin (14/2/2022).
Setelah diperiksa lebih lanjut di UGD, Crouch didiagnosis positif Covid-19 dengan radang paru-paru. Ia pun dipindahkan ke paviliun khusus ibu dan anak dan dipasangi ventilator. Beberapa pekan tanpa kemajuan, Chris sang suami setuju menempatkan Crouch di ECMO.
Setelah berminggu-minggu di ECMO, Crouch akhirnya membaik. Tapi kemudian dia menderita strok dan serangan jantung dalam beberapa hari, hingga sempat koma.
"Hamil, mengidap Covid, dan menjalani ECMO adalah tiga faktor risiko utama pembekuan darah," kata Director of the Adult Congenital Heart Disease ICU dr Cameron Dezfulian.