Senin 25 Apr 2022 14:46 WIB

Wisata Mudik, Wisata Silaturahim Bernilai Rp 8.000 T

Diprediksi perputaran uang dari aktivitas mudik saat Lebaran dapat tembus Rp 8.000 T

 Mudik adalah sebuah fenomena sosial yang selalu terjadi setiap tahun. Mudik dalam hal ini dapat dianggap sebagai liburan massal masyarakat Indonesia di kampung halaman mereka.
Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Mudik adalah sebuah fenomena sosial yang selalu terjadi setiap tahun. Mudik dalam hal ini dapat dianggap sebagai liburan massal masyarakat Indonesia di kampung halaman mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Taufan Rahmadi, Ahli Strategi Pariwisata Nasional

JAKARTA -- Mudik adalah sebuah fenomena sosial yang selalu terjadi setiap tahun. Mudik dalam hal ini dapat dianggap sebagai liburan massal masyarakat Indonesia di kampung halaman mereka. Mudik ini biasanya di lakukan menjelang hari raya Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru.

Baca Juga

Menurut data Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan (Balitbang Kemenhub) menunjukkan ada 85,5 juta penduduk Indonesia yang akan melakukan mudik pada Lebaran 2022. mobilitas mudik mayoritas berlangsung di Pulau Jawa. Ada sejumlah 49,9 juta pemudik atau 58,4 persen dari angka perkiraan pemudik berasal dari Pulau Jawa. Yang terbanyak jumlahnya dari Propinsi Jawa Timur, yakni 14,6 juta orang atau 17 persen dari total perkiraan pemudik. Disusul Jabodetabek sebanyak 14 juta orang, dan Jawa Tengah sebanyak 12,1 juta orang.

Sebagai catatan, hampir keseluruhan dari pemudik lebih menggunakan jenis kendaraan pribadi untuk melakukan perjalanan ke kampung halamannya. Jumlahnya sebesar 47 persen, atau sekitar 40 juta lebih orang. Kemudian disusul transportasi umum darat sebanyak 31 persen.

Menurut data Bank Indonesia, diprediksi perputaran uang dari aktivitas mudik di saat Lebaran 2022 dapat menembus Rp 8.000 triliun. Angka tersebut tumbuh 4,26 persen dibanding perputaran uang pada bulan-bulan biasanya, yakni Rp 7.672,4 triliun, dimana hal ini menurut Core Indonesia menjadi salah satu perputaran uang yang terbesar sepanjang pandemi Covid-19 terjadi, sehingga perputaran uang beredar yang sangat besar ini dipastikan berdampak positif pada perekonomian,

Dengan potensi demikian besar ini pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pelaku pariwisata dapat mempersiapkan destinasi wisata dengan event, ataupun produk-produk wisata bagi para pemudik ini. Di lain sisi jenis usaha penyediaan akomodasi, penyediaan makanan dan minuman, serta jasa transportasi dinilai juga bakal ramai oleh pesanan para pemudik.

Ada beberapa jenis wisata yang bisa dilakukan selama mudik:

Wisata roadtrip

Selama perjalanan mudik tentunya banyak daerah-daerah wisata yang dapat disinggahi, mulai dari pegunungan , air terjun, hutan, pantai, bahkan kulineran. Jalur-jalur mudik utama yang menjadi favorit dilalui para pemudik adalah pertama, Jalur Mudik Selatan Jawa, Jalur mudik lebaran ini memiliki panjang 1.546,78 kilometer (km) dan melewati 23 Kabupaten. Titik awal Jalur Selatan dimulai dari Kabupaten Serang dan berakhir di Kabupaten Banyuwangi.

Kedua, Jalur Mudik Utara Jawa, Jalur Utara Jawa memiliki panjang sekitar 1.300 km dan menjadi salah satu rute terpadat selama mudik lebaran. Jalur ini melewati 5 provinsi, yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Ketiga, Jalur mudik Jawa Sumatera , jalur ini harus menggunakan kapal di dlam melewatinya dan membentang dari Lampung hingga Aceh. Keempat, Jalur Mudik Jawa Bali Nusatenggara, rute ini juga mengandalkan transportasi laut di dalam melintasinya, mulai dari Ketapang Banyuwangi sampai pelabuhan Padang Bai Bali disaat menyeberang ke Lombok.

Wisata religi

Dalam perjalanan Mudik ataupun pada saat sudah tiba di kampung halaman, mengunjungi obyek-obyek wisata religi adalah juga menjadi favorit para pemudik, sebut saja makam para ulama walisongo, tuan guru, kyai, makam para pahlawan syuhada dan masjid-masjid kuno yang memiliki cerita sejarah dalam peradaban masuknya islam ke Indonesia. Kekayaan wisata religi di Bumi Nusantara pun bukan hanya yang berkenaan dengan agama Islam. Mengingat ribuan tahun silam di Nusantara telah ada kerajaan Hindu dan Budha, maka wisata religi pun erat dengan kedua agama tersebut. Sebut saja Candi Borobudur, Mebdut, dan banyak lagi candi lainnya.

Menparekraf RI Sandiaga S Uno mengatakan dari 80 juta calon pemudik yang diperkirakan hendak melakukan pulang kampung, diantara 40 hingga 60 persen dari pemudik tersebut akan melakukan kegiatan pariwisata. Para pemudik ini biasanya selama perjalanan akan membelanjakan uangnya untuk kebutuhan berwisata, mulai penginapan , akomodasi, kuliner, oleh–oleh dan lain sebagainya, yang tentunya secara langsung akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi daerah, dan jika dengan rata-rata pengeluaran wisatawan sebesar 1,5 juta Kemenparekraf mencatat potensi pendapatan sektor pariwisata di liburan mudik tahun ini diprediksi tembus Rp 72 triliun.

Keputusan pemerintah didalam memperbolehkan mudik di tahun 2022 ini adalah keputusan yang on the track dan berdampak positif bagi kebangkitan pariwisata, karena sebagaimana kita ketahui di tahun 2020 dan 2021 kegiatan mudik sempat dilarang guna memutus rantai penularan Covid-19.

Kebijakan diperbolehkannya liburan mudik ini sejalan juga dengan tren kebangkitan pariwisata global yang telah lebih membuka diri bagi para wisatawan untuk melakukan perjalanan dengan hidup berdampingan dengan Covid-19. Ini hal bagus dan menjadi optimisme dalam menyambut kebangkitan pariwisata.

Dengan diperbolehkan libur mudik merupakan bentuk respon postif pemerintah di dalam menjawab harapan dari para 80 juta masyarakat Indonesia yang bergantung hidup dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Ekosistem Parekraf ini sudah bosan dengan pandemi yang meruntuhkan ekonomi mereka, waktunya untuk bangkit dan menundukkan pandemi, dimana Pariwisata adalah cara tercepat memulihkannya

Untuk menyambut liburan mudik ini pemerintah dan pelaku pariwisata penting untuk mempersiapkan destinasi wisata dengan memperkaya atraksi, memudahkan akses, dan meningkatkan amenitas bagi wisatawan. Rute-rute mudik yang membentang dari ujung Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan kekuatan lima destinasi pariwisata superprioritas yang ada di dalamnya adalah produk wisata yang sangat layak untuk dijual tidak saja bagi wisatawan lokal dan nusantara saja, melainkan juga untuk mancanegara, bahwa disaat mereka menjadwalkan berlibur di musim lebaran di Indonesia mereka juga bisa menikmati suasana mudik yang tidak mereka dapatkan di negeri asal mereka.

Selain itu, jika Wisata Mudik dengan jangkauan global ini bisa dipasarkan dengan baik maka bukan tidak mungkin perputaran uang di Indonesia di musim mudik akan mampu menembus lebih dari Rp 8.000 triliun seperti yang di katakan Bank Indonesia, lalu Indonesia akan menjadi destinasi wisata dunia yang akan ramai sepanjang tahun dan memberikan dampak kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Selamat berwisata Mudik, Mohon Maaf Lahir dan Bathin

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement