Rabu 25 May 2022 01:50 WIB

Gelombang Panas di Asia Selatan Jadi gambaran Tentang Masa Depan

Gelombang panas menekankan dunia untuk beradaptasi dengan dampaknya secepat mungkin.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Friska Yolandha
Anak-anak mendinginkan diri di air yang bocor dari pipa di pinggiran Jammu, India, Rabu 11 Mei 2022. Gelombang panas yang dahsyat membakar India dan Pakistan dalam beberapa bulan terakhir, ini lebih mungkin disebabkan oleh perubahan iklim.
Foto: AP Photo/Channi Anand
Anak-anak mendinginkan diri di air yang bocor dari pipa di pinggiran Jammu, India, Rabu 11 Mei 2022. Gelombang panas yang dahsyat membakar India dan Pakistan dalam beberapa bulan terakhir, ini lebih mungkin disebabkan oleh perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Gelombang panas yang dahsyat membakar India dan Pakistan dalam beberapa bulan terakhir, ini lebih mungkin disebabkan oleh perubahan iklim dan merupakan gambaran sekilas tentang masa depan kawasan itu. Ini disampaikan para ilmuwan internasional dalam sebuah penelitian yang dirilis pada Senin (24/5/2022).

Kelompok Atribusi Cuaca Dunia menganalisis data cuaca historis yang menunjukkan bahwa gelombang panas panjang dan awal yang berdampak pada wilayah geografis yang luas jarang terjadi, peristiwa sekali dalam satu abad. Tetapi, tingkat pemanasan global saat ini, yang disebabkan oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, telah membuat gelombang panas tersebut 30 kali lebih mungkin terjadi.

Baca Juga

Jika pemanasan global meningkat hingga 2 derajat Celcius (3,6 derajat Fahrenheit) lebih dari tingkat pra industri, maka gelombang panas seperti ini dapat terjadi dua kali dalam satu abad. Bahkan, ini bisa terjadi setiap lima tahun sekali, kata Arpita Mondal, ilmuwan iklim di Indian Institute of Technology di Mumbai, yang merupakan bagian dari penelitian, Selasa (24/5/2022).

"Ini adalah tanda dari hal-hal yang akan datang," kata Mondal.

Hasilnya konservatif, sebuah analisis yang diterbitkan pekan lalu oleh Kantor Meteorologi Inggris mengatakan, gelombang panas mungkin dibuat 100 kali lebih mungkin oleh perubahan iklim. Dengan suhu terik seperti itu kemungkinan akan terulang kembali setiap tiga tahun.

photo
Seorang pria menyiramkan air ke wajahnya saat musim panas di Hyderabad, India, Sabtu, 14 Mei 2022. - (AP Photo/Mahesh Kumar A)

Analisis Atribusi Cuaca Dunia berbeda karena mencoba menghitung bagaimana aspek-aspek tertentu dari gelombang panas, seperti panjang dan wilayah yang terkena dampak, dibuat lebih mungkin oleh pemanasan global. "Hasil sebenarnya mungkin berada di antara kami dan hasil Met Office (Inggris) untuk seberapa besar perubahan iklim meningkatkan peristiwa ini," kata Friederike Otto, seorang ilmuwan iklim di Imperial College of London, yang juga merupakan bagian dari penelitian ini.

Namun, yang pasti adalah kehancuran yang ditimbulkan gelombang panas. India sangat panas mulai Maret dan menjadi yang terpanas di negara itu sejak pencatatan dimulai pada 1901. Bulan April adalah rekor terpanas di Pakistan dan sebagian India.

Efeknya telah mengalir dan meluas: gletser meledak di Pakistan menyebabkan banjir ke hilir.

Panas awal membakar tanaman gandum di India. Hal itu memaksa negara ini melarang ekspor ke negara-negara yang terguncang karena kekurangan pangan akibat perang Rusia di Ukraina.

Kemudian ada dampak bagi kesehatan manusia. Setidaknya 90 orang telah meninggal di kedua negara.

 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement