Rabu 29 Jun 2022 10:17 WIB

Ternyata Ada Hubungan Sakit Gusi dengan Serangan Jantung dan Diabetes

Penderita sakit jantung dan diabetes diketahui mengalami gangguan gusi.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Penderita sakit jantung dan diabetes diketahui mengalami gangguan gusi.
Foto: www.freepik.com.
Penderita sakit jantung dan diabetes diketahui mengalami gangguan gusi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit gusi sebaiknya tidak dianggap sepele. Sebuah penelitian berskala besar telah menemukan kaitan antara penyakit tersebut dengan serangan jantung dan diabetes.

Menurut studi, pengidap kedua penyakit itu lebih mungkin untuk mengalami gangguan gusi. Hasil penelitian telah dipresentasikan di EuroPerio10, kongres terkemuka dunia di bidang periodontologi dan kedokteran gigi implan yang diselenggarakan oleh European Federation of Periodontology (EFP).

Baca Juga

Penulis studi, Ida Stødle dari Universitas Oslo, Norwegia, menjelaskan bahwa riset yang dia gagas merupakan studi observasional. Artinya, penelitian tersebut tidak menyiratkan hubungan sebab akibat.

"Namun, temuan ini meningkatkan kesadaran tentang korelasi antara penyakit kronis yang memengaruhi banyak orang. Pengetahuan ini dapat membantu upaya untuk mencegah penyakit," ujar Stødle.

Menurut statistik, setengah jumlah orang dewasa di seluruh dunia pernah mengidap penyakit gusi alias periodontitis. Analisis yang digagas Stødle melibatkan 4.933 peserta yang dipilih secara acak dari studi kesehatan berbasis masyarakat Trøndelag.

Peserta mengisi kuesioner tentang faktor sosiodemografi dan gaya hidup, obat-obatan, serta riwayat penyakit seperti diabetes tipe dua dan serangan jantung. Tim pun melakukan penilaian klinis gigi dan jaringan lunak.

Ditambah pula dengan pemeriksaan radiologis gigi, pengukuran berat badan, tinggi badan, dan tekanan darah. Peserta juga menjalani pengukuran kadar kolesterol serum, dan hemoglobin terglikasi (HbA1c).

Stødle menjelaskan, kondisi diabetes para peserta yang dinilai dari kuesioner mencakup spektrum keparahan yang luas. Ada peserta yang diabetesnya tidak terkontrol, tetapi ada juga yang terkontrol dengan baik.

Untuk alasan tersebut, Stødle dan timnya juga memeriksa hubungan antara penyakit gusi dan HbA1c. Dari pemeriksaan itu, didapatkan rata-rata kadar gula darah selama dua hingga tiga bulan terakhir.

Pasien dengan diabetes memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi diabetes ketika kadar HbA1c mereka 48 mmol/mol atau lebih. Rata-rata usia peserta adalah 52 tahun, 56 persen dari mereka berjenis kelamin perempuan.

Sebanyak 147 orang (tiga persen) melaporkan pernah mengalami serangan jantung sebelumnya, 224 orang (4,5 persen) mengidap diabetes, 165 orang (3,3 persen) memiliki peningkatan HbA1c (48 mmol/mol atau lebih), dan 866 orang (17,6 persen) memiliki periodontitis parah.

Analisis disesuaikan dengan usia, kebiasaan merokok, kolesterol serum, lingkar pinggang, dan frekuensi aktivitas fisik. Para peneliti menemukan hubungan yang signifikan antara diabetes, peningkatan HbA1c, serangan jantung sebelumnya, dan penyakit gusi parah dengan masing-masing rasio 1,4, 1,5, dan 1,7.

Disampaikan Stødle, hasil tersebut menunjukkan bahwa pasien dengan diabetes 40 persen lebih mungkin untuk memiliki penyakit gusi parah. Risiko itu jika dibandingkan dengan peserta yang tidak mengidap diabetes.

Peserta dengan HbA1c tinggi 50 persen lebih mungkin untuk memiliki penyakit gusi parah, dibandingkan dengan tingkat HbA1c di bawah 48 mmol/ mol. Mereka yang pernah mengalami serangan jantung terindikasi 70 persen lebih mungkin untuk memiliki penyakit gusi parah dibandingkan peserta yang tidak pernah mengalami serangan jantung.

"Secara keseluruhan, temuan menunjukkan bahwa menjaga kesehatan mulut juga dapat bermanfaat bagi kesehatan secara umum," ucap Stødle, dikutip dari laman The Brighter Side, Rabu (29/6/2022).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement