Sabtu 23 Jul 2022 02:20 WIB

Cara Mendeteksi Sengatan Panas dan Mengatasinya

Kelelahan akibat panas dapat berkembang menjadi heatstroke.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Berkeringat (ilustrasi)
Foto: examiner.com
Berkeringat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cuaca tak menentu dan suhu meninggi, banyak orang rentan mengalami sengatan panas alias heatstroke. Jika dibiarkan, kondisi tersebut bisa mengancam jiwa sehingga perlu untuk mengetahui tanda-tanda mengidapnya.

Setelah kontak yang terlalu lama dengan ruang atau area bersuhu tinggi, seseorang awalnya akan mengalami heat exhaustion atau kelelahan akibat suhu panas. Menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), gejala utamanya meliputi sakit kepala, nyeri, pusing, keringat berlebih, nafsu makan hilang, merasa sangat haus, denyut nadi cepat, serta kram pada lengan, kaki, dan perut.

 

Jika menyerang anak-anak, bisa muncul gejala lemas atau mengantuk. Meskipun kelelahan karena panas biasanya tidak serius, penting bagi orang yang terkena dampak untuk minum banyak air dan mendinginkan tubuh. Misalnya dengan menggunakan kompres dingin di sekitar ketiak, atau menggunakan kipas angin.

 

Kelelahan akibat panas dapat berkembang menjadi heatstroke, suatu kondisi yang terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi mendinginkan diri. Ini bisa berakibat fatal. Orang yang mengalami kelelahan karena panas biasanya merasa lebih baik setelah pendinginan dan minum air, tetapi mereka yang terkena sengatan panas mungkin bakal terus merasa tidak sehat.

 

Mereka yang mengalami heatstroke juga mungkin mengalami sesak napas, kebingungan dan suhu tubuh 40 derajat Celcius atau lebih tinggi. Berbeda dengan heat exhaustion, orang yang mengalami heatstroke akan berhenti berkeringat meski merasa sangat panas.

 

Tanda-tanda penting lainnya termasuk seseorang mendadak kehilangan kesadaran atau menjadi tidak responsif. Beberapa orang berisiko lebih besar mengalami kelelahan akibat panas atau heatstroke, di antaranya bayi, anak kecil, lansia, dan orang dengan kondisi kesehatan kronis seperti diabetes.

 

Orang yang melakukan aktivitas fisik di luar ruangan tingkat tinggi juga berisiko besar, seperti pekerja lapangan dan atlet. Begitu pula orang-orang yang tinggal di flat lantai atas serta orang yang tidak dapat menyesuaikan perilaku agar tetap tenang, seperti pengidap alzheimer.

 

Guna mencegah kelelahan akibat panas dan sengatan panas, dianjurkan menghindari sinar matahari antara jam 11 pagi hingga pukul tiga sore, dan menghindari aktivitas fisik selama bagian terpanas dalam sehari. Disarankan juga untuk tetap berada di tempat teduh, memakai tabir surya dan topi, minum banyak cairan, membawa air saat keluar rumah, dan menghindari minum alkohol.

 

Penting juga untuk tidak meninggalkan anak-anak atau hewan di dalam mobil, bahkan dengan jendela terbuka. Agar tetap sejuk di dalam rumah, sebaiknya menutup tirai di kamar yang menghadap matahari, serta menutup jendela dan pintu jika di luar lebih panas daripada di dalam, dikutip dari laman The Guardian.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement