Senin 08 Aug 2022 13:00 WIB

Sering Kejang Bisa Jadi Tanda Epilepsi

Dokter spesialis saraf RS Sari Asih Serang menjelaskan penyebab terjadinya kejang

Dokter spesialis saraf RS Sari Asih Serang menjelaskan penyebab terjadinya kejang.
Foto: Sari Asih
Dokter spesialis saraf RS Sari Asih Serang menjelaskan penyebab terjadinya kejang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kita mungkin dalam keseharian pernah melihat seseorang baik itu dewasa ataupun anak mengalami kejang-kejang secara tiba-tiba kemudian jatuh. Hal yang aneh adalah dari mulutnya mengeluarkan busa seperti keracunan.

Banyak yang berpikir jika yang terjadi padanya adalah suatu kejadian yang luar biasa dan sedikit aneh. Hingga pada akhirnya banyak masyarakat awam sulit untuk melakukan suatu tindakan yang dapat menolongnya selain menunggu seorang baik hati membawanya ke rumah sakit.

Baca Juga

Fenomena yang memang jarang terjadi ini baiknya segera direkam untuk memudahkan tim medis untuk mendiagnosis apa penyebab dan memutuskan penyakit apa yang dideritanya. Dokter spesialis saraf RS Sari Asih Serang, Enny Waeningsih, membenarkan tindakan tersebut.

Kejang pada orang dewasa dan atau anak bisa saja disebabkan oleh hal lain. Namun menurut Enny jika kejadian tersebut berulang dalam kurun waktu satu tahun bisa dikatakan hal tersebut adalah epilepsi atau yang biasa disebut awam penyakit ayan. Epilepsi atau penyakit ayan adalah gangguan kelistrikan otak yang menyebabkan terjadinya kejang. Seseorang bisa dikatakan epilepsi jika mengalami kejang lebih dari dua kali dalam satu tahun atau berulang dalam satu tahun.

“Epilepsi tidak perlu dipandang berlebihan hingga terasa menakutkan bahkan menjadi aib. Epilepsi bisa disembuhkan dengan sempurna,” ujar Enny.

Menurutnya, kondisi epilepsi tidak hanya kejang saja tetapi banyak bentuknya. Misalnya seperti tiba-tiba tatapan kosong, jatuh lemas, nyeri kepala kronis berulang, dan pingsan. “Kejang pada epilesi pun tidak harus melulu mengeluarkan busa pada mulutnya dan tidak harus tidak sadar,” ujarnya.

Enny menegaskan epilepsi bukanlah penyakit keturunan. Hal ini terjadi karena adanya gangguan pada sistem saraf otak yang bisa diakibatkan karena strok, infeksi otak, meningitis, tumor otak, benturan kepala hebat, gangguan imunologi seperti lupus, kanker, atau tumor. “Pada anak bisa terjadi kejang akibat demam, belum bisa termasuk epilepsi. Namun jika terjadi berulang perlu diperiksa lebih lanjut,” terangnya.

Penanganan pertama di lapangan pun bisa dilakukan dengan cara segera memindahkan orang yang kejang ke tempat aman. Longgarkan kerah bajunya agar nyaman bernafas. Miringkan tubuhnya agar apabila terjadi muntah, muntahan tersebut tidak tertelan dan tersedak di tenggorokan yang dapat menghentikan nafas dan masuk ke paru.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement