Perjalanan sejatinya memiliki makna yang sangat luas dan dalam. Bukan sekedar perjalanan dalam ruang tiga atau empat dimensi seperti yang kita pahami, tapi mencakup ruang yang bersifat multidimensi. Tidak sebatas berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara fisik. Tapi juga menuju sesuatu yang bersifat transenden, sesuatu yang melampaui apa yang terlihat. Perjalanan juga tidak selalu tentang sesuatu yang bersifat lahir, namun juga menjangkau hal-hal yang bersifat batin. Istilah transenden biasanya digunakan dalam bahasa filsafat dan agama untuk menggambarkan sesuatu yang maha tinggi, agung, maha besar, suci, dan segala kemuliaan lainnya. Istilah ini juga digunakan dalam matematika untuk merujuk pada bilangan yang tak terhingga.
Perjalanan manusia kepada Tuhan juga merupakan sesuatu yang bersifat trensenden. Perjalanan batin yang tak bertepi. Perjalanan yang panjang namun juga membahagiakan. Meskipun demikian, bukan berarti ini semua kosong dari cobaan, ujian, dan tantangan. Juga bukan berarti manusia dibiarkan begitu saja bersenang-senang di bumi menikmati kenikmatan dunia, tanpa pertanggungjawaban, tanpa ada perintah, tanpa ada larangan, dan tanpa ada hikmah atau manfaat yang menyertainya.
Sebagaimana layaknya seseorang yang hendak berpergian, ia pasti akan mempersiapkan segala perbekalan yang dibutuhkan. Mengusahakan segala apa yang diperlukan agar dalam perjalanan ia tidak kesulitan. Seperti ungkapan bijak yang berbunyi, siapa yang tahu jauhnya sebuah perjalanan, maka ia akan mempersiapkannya. Perjalanan yang sejati adalah perjalanan menuju Tuhan. Innalilahi wa innailaihi raji’un, sesungguhnya kita semua milik Allah dan kita semua akan kembali kepada-Nya.
Jauh sebelum itu manusia berada dalam fase kehidupan di dunia roh. Hingga pada akhirnya Allah menciptakan Adam (manusia pertama di bumi) dengan sebaik-baiknya penciptaan melalui beberapa proses, mulai dari penciptaan jasad, peniupan roh ke dalam jasad, transfer ilmu, hingga melakukan perjanjian dengan Tuhan untuk beribadah hanya kepada-Nya dan meninggalkan penyembahan terhadap selain-Nya.
Buku Rihlah Ilallah: Perjalanan Panjang Menuju Allah merupakan manifestasi untuk mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan apa yang telah digariskan Allah kepada manusia. Buku ini berusaha menyadarkan kita semua bahwa kita adalah manusia yang memiliki tugas dan misi khusus dari Allah sebelum pada akhirnya kembali kepada-Nya. Selain itu penulis juga menguraikannya secara menarik disertai dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang maqbulah, dan ilmu pengetahuan yang dapat memperkaya pemahaman pembaca.
Di bagian akhir buku ini penulis mencoba menerangkan secara gamblang tentang tahapan-tahapan perjalanan menuju negeri akhirat yang sangat panjang. Pasca kehidupan di dunia, manusia akan memasuki gerbang kematian, di situ akan banyak manusia mulai menyesal. Kemudian berlanjut memasuki alam barzakh (alam kubur) untuk menunggu datangnya kiamat. Sampai pada tahap yang terakhir penentuan bagi manusia berada di dalam surga atau neraka.
Tentu perjalanan untuk bertemu Allah harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya ketika kita hidup di dunia. Terus melakukan amal kebaikan dan meninggalkan keburukan serta kesesatan. Insyaallah kita semua akan menjadi hamba pilihan yang bertemu dengan penciptanya dalam keadaan bahagia. (Diko Ahmad)
Judul : Rihlah Ilallah: Perjalanan Panjang Menuju Allah
Penulis : Drs. Rik Suhadi, S.Th.I.
Penerbit : Suara Muhammadiyah
Cetakan : April 2022
Tebal, ukuran : xxiv +294 hlm, 14 x 21 cm