REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minum kopi telah dikaitkan dengan berbagai manfaat kesehatan. Banyak penelitian besar menunjukkan bahwa senyawa aktif biologis kopi, termasuk kafein, dapat membantu mengatasi peradangan, kondisi kesehatan kronis, bahkan kanker tertentu.
Muncul pertanyaan, apakah minum kopi bisa membantu seseorang hidup lebih lama? Sejauh ini belum ada cukup bukti dari penelitian untuk secara definitif mengatakan bahwa minum minuman tersebut akan menghasilkan umur yang lebih panjang.
"Karena datanya berasal dari studi retrospektif dan bukan uji coba acak. Tidak ada data yang cukup kuat untuk merekomendasikan orang untuk minum lebih banyak kopi," ungkap Chip Lavie, direktur medis rehabilitasi jantung dan kardiologi preventif di John Ochsner Heart and Vascular Institute in New Orleans, Amerika Serikat.
Ada sejumlah penelitian besar yang mengaitkan minum kopi dengan manfaat kesehatan. Menurut sebuah studi pada 2018 yang diterbitkan dalam jurnal Progress in Cardiovascular Diseases, ada lebih dari 1.000 senyawa aktif biologis dalam kopi.
Salah satu komponen utama, yang disebut asam klorogenat meningkatkan metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin. Artinya, komponen tersebut meningkatkan kemampuan tubuh untuk memproses gula. Sementara, sensitivitas insulin mengacu pada seberapa sensitif sel-sel tubuh dalam menanggapi insulin.
Tinjauan sistematis 2019 dalam Journal of Traditional and Complementary Medicine telah menunjukkan bahwa efek ini mengurangi risiko diabetes tipe dua. Sebuah tinjauan terhadap sembilan studi menemukan hal serupa.
Orang yang minum lebih dari enam cangkir kopi per hari memiliki risiko lebih rendah terkena diabetes tipe dua dibandingkan dengan mereka yang minum kurang dari dua. Itu terungkap dalam studi yang terbit di Journal of the American College of Cardiology pada 2013.
Senyawa seperti melanoid, kina, lignan dan trigonelin memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan, yang artinya mencegah atau memperlambat kerusakan sel akibat radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang diproduksi oleh tubuh saat memproses makanan dan bereaksi terhadap polutan serta racun lingkungan.
Diketahui bahwa radikal bebas dapat menyebabkan peradangan dan berkontribusi pada berbagai penyakit, termasuk penyakit kardiovaskular, inflamasi, katarak, dan kanker. Hal itu termuat dalam studi yang diterbitkan dalam Pharmacognosy Review.
Kafein dalam kopi merangsang sistem saraf pusat dengan memblokir sinyal di otak yang biasanya akan mengurangi aktivitasnya. Ini juga merupakan bronkodilator yang lemah, yang berarti membuat pernapasan lebih mudah dengan mengendurkan otot-otot di paru-paru dan memperlebar saluran udara.
Namun, salah satu efek utama kafein bagi tubuh adalah pada jantung. Menurut studi Progress on Cardiovascular Diseases, konsumsi kopi dikaitkan dengan risiko kematian kardiovaskular dan penyakit kardiovaskular yang lebih rendah, termasuk penyakit jantung koroner dan gagal jantung kongestif.
Ini mungkin tampak berlawanan dengan apa yang diyakini oleh masyarakat awam. "Kafein terkesan buruk, karena dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah secara akut dan secara teoritis meningkatkan gangguan ritme jantung," kata Lavie.
Namun, sebagian besar data menunjukkan bahwa konsumsi kafein secara teratur aman-aman saja. Bahkan, dikaitkan dengan penurunan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular dan kematian dengan penyebab lain selama beberapa dekade, dikutip dari laman Live Science, Jumat (19/8/2022).