Selasa 06 Sep 2022 21:38 WIB

Parker Solar Probe Milik NASA Berhasil Meluncur Melewati Matahari

Parker Solar Probe milik NASA sebelumnya tidak pernah mengalami aktivitas ini.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Nora Azizah
Parker Solar Probe Badan Antariksa Amerika (NASA) baru saja meluncur melewati matahari dan para ilmuwan sangat bersemangat.
Foto: Dailymail
Parker Solar Probe Badan Antariksa Amerika (NASA) baru saja meluncur melewati matahari dan para ilmuwan sangat bersemangat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Parker Solar Probe Badan Antariksa Amerika (NASA) baru saja meluncur melewati matahari dan para ilmuwan sangat bersemangat. Parker Solar Probe datang dalam jarak 5,3 juta mil (8,5 juta kilometer) dari permukaan matahari pada Selasa (6/9/2022) pukul 02.04 EDT (pukul 06.04 GMT) dalam pendekatan dekat ke-13 dari matahari, atau perihelion.

Perihelion ini terjadi ketika matahari sangat aktif, menampilkan bintik matahari seukuran Bumi dan baru-baru ini mengeluarkan jilatan api matahari dan badai geomagnetik. Parker belum pernah mengalami aktivitas seperti itu selama pertemuan jarak dekat dengan matahari, tetapi para ilmuwan berharap bahwa kali ini, pesawat ruang angkasa itu mungkin akan meledak.

Baca Juga

“Tidak ada yang pernah terbang melalui peristiwa matahari yang begitu dekat dengan matahari sebelumnya,” kata ilmuwan proyek Parker Solar Probe, Nour Raouafi, dari Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins (JHUAPL), yang mengelola misi tersebut, dalam sebuah pernyataan. 

“Datanya akan benar-benar baru, dan kami pasti akan belajar banyak darinya,” tambahnya.

Ketika Parker diluncurkan pada 2018, matahari berada di minimum matahari, periode tenang dalam siklus matahari 11 tahun. Tetapi aktivitas saat ini meningkat kembali ke maksimum matahari, yang diperkirakan terjadi pada 2025, dan matahari sudah lebih aktif daripada yang diperkirakan para ilmuwan.

Untungnya, Parker memiliki 11 perhelia yang tersisa dalam misinya bahkan setelah manuver saat ini, jadi para ilmuwan berharap beberapa akan bertepatan dengan peristiwa matahari di masa depan karena frekuensinya meningkat.

“Sementara matahari tenang, kami melakukan tiga tahun ilmu besar,” kata Raouafi, dilansir dari Space, Selasa (6/9/2022). 

“Tetapi pandangan kami tentang angin matahari dan korona akan sangat berbeda sekarang, dan kami sangat penasaran untuk melihat apa yang akan kami pelajari selanjutnya,” ujarnya menambahkan.

Korona adalah atmosfer terluar matahari dan target utama pengamatan Parker. Faktor lain yang membuat perihelion ini istimewa: Akan ada sepasang mata kedua di matahari untuk memberikan lebih banyak data kepada para ilmuwan. Solar Orbiter, sebuah proyek bersama antara NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA), akan mengamati matahari pada waktu yang sama dengan Parker, tetapi dari jarak 58,5 juta mil (94,1 juta kilometer) setelah Solar Orbiter terbang melintasi Venus pada Sabtu (3/9/2022).

“Dengan menggabungkan data dari beberapa misi luar angkasa dan bahkan observatorium darat, kita dapat memahami gambaran yang lebih besar,” kata Raouafi. 

“Dalam hal ini, dengan Parker dan Solar Orbiter mengamati matahari dari jarak yang berbeda, kita akan dapat mempelajari evolusi angin matahari, mengumpulkan data saat melewati satu pesawat ruang angkasa dan kemudian yang lain,” tambahnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement