REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Orang-orang di China merayakan penarikan aplikasi wajib yang digunakan untuk melacak warga telah melakukan perjalanan ke daerah-daerah yang dilanda Covid-19 pada Selasa (13/12/2022). Pemerintah China mulai melakukan langkah pelonggaran terbaru yang paling keras di dunia.
Pihak berwenang menonaktifkan aplikasi 'kode perjalanan' pada tengah malam pada Senin (12/12/2022). Sebanyak empat perusahaan telekomunikasi China mengatakan, akan menghapus data pengguna yang terkait dengan aplikasi tersebut.
"Selamat tinggal kode perjalanan, saya harap tidak akan pernah bertemu dengan Anda lagi," kata sebuah posting di platform media sosial Weibo.
Warganet bersorak atas kematian sebuah aplikasi yang dikhawatirkan dapat digunakan untuk pengawasan massal. Kode perjalanan terutama digunakan untuk melacak perjalanan domestik di China.
Sementara pihak berwenang juga menggunakan kode kesehatan yang harus dipindai oleh penduduk untuk memasuki tempat umum untuk memeriksa apakah mereka mungkin telah melakukan kontak dengan virus corona.
Langkah yang dilakukan untuk melonggarkan pembatasan Covid-19 dimulai sejak pekan lalu. Salah satu yang sudah dilakukan adalah menghentikan pengujian wajib sebelum banyak kegiatan publik dan mengekang karantina.
Meskipun China belum mengumumkan bahwa kode kesehatan akan dihapus, beberapa kota termasuk Shanghai mengatakan, bahwa penduduk tidak lagi diharuskan menunjukkan kode tersebut saat memasuki tempat-tempat seperti toko dan restoran. Pelonggaran pengawasan ini terjadi setelah protes bersejarah terhadap pembatasan yang merusak ekonomi yang telah berulang kali diperjuangkan oleh Presiden Xi Jinping.
Kepala Eksekutif Hong Kong John Lee, wilayah itu juga akan menghapus aplikasi pelacakan mobilitasnya seperti di daratan. Aplikasi tersebut mengatur akses ke restoran dan tempat-tempat seperti pusat kebugaran, klub, dan salon.