REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahap akhir dari penyakit perlemakan hati (fatty liver disease) adalah sirosis. Kondisi yang dapat meningkatkan risiko gagal hati dan kanker hati ini bisa memunculkan gejala yang mengganggu pola makan sehari-hari.
Sebagai organ terbesar kedua yang dimiliki manusia, hati memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupan. Ada lebih dari 500 fungsi yang dijalankan oleh hati, termasuk mengubah makanan menjadi energi dan membuang racun dari darah.
Oleh karena itu, ada beragam gejala yang bisa muncul bila hati mengalami suatu gangguan atau masalah. Salah satu masalah yang umum terjadi pada hati adalah penyakit perlemakan hati nonalkoholik.
Penyakit tersebut ditandai dengan menumpuknya lemak pada hati akibat beragam penyebab selain konsumsi alkohol. Beberapa kondisi yang paling sering menyebabkan penyakit perlemakan hati nonalkoholik adalah obesitas dan diabetes tipe 2.
Pada tahap awal, penyakit perlemakan hati nonalkoholik biasanya tak memunculkan gejala apa pun. Gejala baru akan terasa signifikan bila penyakit perlemakan hati nonalkoholik sudah berkembang semakin berat.
Tahap keempat atau tahap akhir dari penyakit perlemakan hati nonalkoholik adalah sirosis. Sirosis biasanya terjadi setelah hati mengalami peradangan selama bertahun-tahun akibat penyakit perlemakan hati nonalkoholik. Pada tahap sirosis, hati umumnya tampak mengecil, dipenuhi jaringan parut, dan bergelombang.
"Kerusakannya permanen dan dapat berujung pada gagal hati dan kanker hati," jelas National Health Service, seperti dilansir Express, Kamis (9/2/2023).
Salah satu keluhan yang biasanya dirasakan oleh orang dengan sirosis adalah sulit makan. Kesulitan makan ini bisa terjadi karena beragam gejala yang dimunculkan oleh sirosis. Menurut British Liver Trust, berikut ini adalah tujuh gejala sirosis yang kerap membuat pasien sulit makan:
1. Penurunan nafsu makan
2. Merasa mual
3. Muntah
4. Rasa nyeri atau tak nyaman di area perut
5. Merasa lelah
6. Gangguan kecemasan
7. Depresi
Kesulitan makan tentu dapat semakin memperburuk kondisi penderita sirosis. Oleh karena itu, beberapa upaya perlu dilakukan agar penderita sirosis bisa mendapatkan asupan makanan yang lebih baik.
Terkait hal ini, British Liver Trust mengungkapkan beberapa trik yang dapat membantu meningkatkan asupan makan pada pasien sirosis. Salah satunya adalah dengan mengonsumsi makanan dalam jumlah sedikit, namun dengan frekuensi yang lebih sering.
Bila merasa sangat sulit untuk menyantap makan besar, penderita sirosis bisa beralih ke camilan. Upayakan pula untuk mengonsumsi sesuatu setiap dua jam, meski dalam porsi yang kecil.
Untuk semakin meningkatkan nafsu makan, coba pilih makanan-makanan yang disukai dan menggugah selera penderita sirosis. Hindari memaksakan diri untuk menyantap sesuatu yang tak disukai.
Trik lainnya, coba untuk melakukan relaksasi baik sebelum dan setelah makan. Tak perlu terburu-buru selama makan, yang terpenting adalah makanan dikunyah dengan baik dan napas tetap teratur.
Menyantap makanan yang tidak panas atau dingin, seperti biskuit dan sandwich, juga dapat membantu. Yang tak kalah penting, coba konsumsi minuman yang bisa bernutrisi bila penderita sirosis tak bisa atau tak suka mengonsumsi makanan padat.
"Minuman bernutrisi termasuk susu full cream, milkshake, atau smoothie buah buatan rumah, dan minuman yang mengandung suplemen gizi," ujar British Liver Trust.
Penderita sirosis sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu bila ingin menggunakan suplemen gizi. Dengan konsultasi, dokter bisa membantu memilihkan suplemen gizi yang paling sesuai dengan kondisi penderita sirosis.