Kamis 28 Sep 2023 20:52 WIB

10 Tahun Lagi, Fusi Nuklir Diklaim akan Aliri Listrik ke Rumah dan Perusahaan di AS

Pemerintah AS akan mengoperasikan fusi nuklir komersial dalam satu dekade mendatang.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Pemerintah AS menargetkan akan mengoperasikan fusi nuklir komersial dalam satu dekade.
Foto: www.freepik.com
Pemerintah AS menargetkan akan mengoperasikan fusi nuklir komersial dalam satu dekade.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah AS akan mengoperasionalkan fasilitas fusi nuklir komersial dalam satu dekade mendatang. Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan bahwa hal ini bertujuan untuk mendukung komitmen negara menuju clean energy atau energi terbarukan.

Pemerintah AS menjanjikan masa depan di mana fusi nuklir dapat menggantikan bahan bakar fosil dan sumber energi konvensional. Namun, memanfaatkan energi bebas karbon dari fusi untuk mengaliri listrik ke rumah dan perusahaan masih merupakan perjalanan yang masih jauh. Terlebih, fusi nuklir yang sukses pertama kali dicapai oleh para peneliti di Lawrence Livermore National Laboratory di California pada Desember lalu setelah bekerja selama beberapa dekade.

Baca Juga

“Ini menjadi upaya kami mematuhi perjanjian nuklir 1995 dan memastikan bahwa proyek-proyek nuklir tidak disalahgunakan, terutama untuk kegiatan terlarang, seperti pembuatan senjata,” kata Granholm seperti dilansir The Brighter Side, Kamis (28/9/2023).

Perjanjian Nonproliferasi Senjata Nuklir itu ditandatangani oleh lebih dari 170 negara pada tanggal 11 Mei 1995 di New York, AS. Negara-negara tersebut sepakat untuk mengawasi proyek-proyek nuklir, memverifikasi bahwa usaha nuklir dan materialnya disalurkan secara eksklusif untuk tujuan damai, termasuk sumber energi terbarukan.

Relevansi energi nuklir telah meningkat dalam beberapa waktu terakhir, sejalan dengan target ambisius pemerintahan Joe Biden. Rencana tersebut menekankan pada sektor tenaga listrik bebas karbon pada tahun 2035, yang pada akhirnya bercita-cita untuk mencapai ekonomi tanpa emisi pada tahun 2050.

Mengatasi tantangan mendesak yang terkait dengan energi nuklir, Granholm berbicara tentang masalah penyimpanan limbah radioaktif. Dia mengungkapkan pendekatan proaktif AS dalam mencari komunitas potensial yang bersedia untuk mengakomodasi lokasi penyimpanan sementara.

“Saat ini, reaktor nuklir di seluruh AS sebagian besar menyimpan bahan bakar bekas. Kami telah mengidentifikasi 12 organisasi yang akan berdiskusi dengan masyarakat di seluruh negeri tentang apakah mereka tertarik menjadi tuan rumah tempat penyimpanan sementara,” kata Granholm.

Sementara AS saat ini tidak mendaur ulang bahan bakar nuklir, negara-negara seperti Prancis telah memelopori domain ini. Bahan bakar nuklir daur ulang memiliki potensi untuk melahirkan bahan bakar baru. Namun, para kritikus menentang kelayakan ekonomi dan potensi ancamannya, termasuk ketakutan akan proliferasi persenjataan atom.

Fusi nuklir adalah proses atomik di mana atom hidrogen digabungkan dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga bergabung menjadi helium. Proses ini membebaskan sejumlah besar energi dan panas. Ada beberapa manfaat potensial dari fusi nuklir, misalnya bahan bakar untuk fusi nuklir berlimpah dan dapat dengan mudah diekstraksi dari air laut, fusi nuklir tidak menghasilkan gas rumah kaca, reaksi fusi akan berhenti secara otomatis jika reaktor rusak, limbah radioaktif fusi nuklir juga rendah.

Namun demikian, pemanfaatan fusi nuklir untuk sumber energi terbarukan juga memiliki beberapa tantangan. Misalnya sulit untuk mencapai dan mempertahankan suhu dan tekanan tinggi yang diperlukan untuk fusi, bahan-bahan yang digunakan dalam reaktor fusi harus mampu menahan suhu dan tekanan yang ekstrem. Selain itu, reaktor fusi nuklir masih dalam tahap awal pengembangan, dan kemungkinan besar akan sangat mahal untuk dibangun.

Untuk mencapai target net zero, Granholm menyampaikan bahwa pemerintahan Biden juga akan segera mengumumkan rincian tentang inisiatif pusat hidrogen senilai 8 miliar dolar AS, yang didanai oleh undang-undang infrastruktur bipartisan. Namun, para pegiat lingkungan telah menyuarakan keprihatinan tentang potensi dampak iklim hidrogen, terutama kontribusi tidak langsungnya terhadap metana dan tingkat gas rumah kaca lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement