REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usia bumi yang sudah semakin tua ditambah dengan aktivitas manusia menyebabkan kekhawatiran yang meluas mengenai keadaan bumi saat ini dan masa depan. Saat masyarakat menyaksikan dampak buruk dari perubahan iklim, penggundulan hutan, dan hilangnya keanekaragaman hayati, wajar jika banyak orang merasa kewalahan dan putus asa.
Ketakutan dan putus asa ini dikenal dengan eco-anxiety atau kecemasan lingkungan. Istilah ini mencakup pada ketakutan terhadap masalah lingkungan, seperti polusi dan pembuangan limbah beracun. Selain itu, juga termasuk ketakutan terhadap perubahan iklim, seperti peningkatan laju kejadian cuaca ekstrem dan kenaikan permukaan air laut.
Gejala umum dari kecemasan lingkungan meliputi kekhawatiran terhadap generasi mendatang, kesulitan tidur atau berkonsentrasi, perasaan frustrasi, dan rasa tidak berdaya. Perasaan ini bisa berkisar dari kekhawatiran ringan dan sekilas hingga keputusasaan mendalam, serangan panik, dan perilaku obsesif-kompulsif.
Namun di tengah prediksi malapetaka dan kesuraman, masih ada harapan. Ada delapan cara yang bisa Anda lakukan seperti dilansir The Conversation, Selasa (31/10/2023):
1. Pemahaman dan kasih sayang pada diri sendiri
Berbaik hatilah pada diri sendiri dan ketahuilah bahwa Anda tidak sendirian yang merasakannya. Kepedulian terhadap tempat Anda tinggal tidak membuat Anda menjadi orang gila. Faktanya, semakin banyak orang di seluruh dunia yang merasakan hal yang sama.
Jangan menyalahkan diri sendiri. Sebab, itu hanya akan membuat Anda merasa lebih buruk.
2. Berpartisipasi dalam kegiatan
Anda bisa menggunakan ketidaknyamanan mental sebagai kesempatan untuk berkegiatan. Salah satunya adalah mengurangi jejak karbon Anda. Bergabung dengan gerakan-gerakan yang lebih besar bahkan berpotensi menimbulkan dampak yang signifikan.
3. Bicara sendiri
Beban krisis iklim sudah cukup berat sehingga jangan biarkan otak Anda membuat Anda merasa lebih buruk lagi. Jangan membuat luka psikis Anda mati rasa, tetapi juga jangan membuat bencana yang berlebihan.
Meskipun ada banyak masalah lingkungan yang harus dihadapi, ada juga berita positifnya. Jadi, jangan hanya mengabaikan. Kenali dan rayakan kemenangan besar dan kecil.
4. Trauma: Proseslah agar bisa sembuh
Krisis iklim telah dikonseptualisasikan sebagai trauma kolektif dan banyak individu yang berjuang mengatasi kesedihan lingkungan akibat dampak iklim. Memproses trauma masa lalu akibat peristiwa seperti bencana cuaca adalah langkah penting dalam meningkatkan kemampuan Anda menghadapi pengalaman baru.
Bahkan orang-orang yang belum mengalami dampak perubahan iklim yang signifikan secara langsung mungkin memiliki tanda-tanda stres pra-trauma. Seorang profesional kesehatan mental berlisensi dapat membantu Anda memproses emosi ini.