Jumat 15 Dec 2023 21:48 WIB

Sampah Makanan Bisa Jadi Masalah Utama dalam Perubahan Iklim, Kok Bisa?

Sampah makanan disebut bisa melepaskan efek gas rumah kaca dalam jumlah besar.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Makanan melepaskan sejumlah besar metana, gas rumah kaca yang 80 kali lebih kuat.
Foto: www.freepik.com
Makanan melepaskan sejumlah besar metana, gas rumah kaca yang 80 kali lebih kuat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca, kebanyakan orang berfokus pada sumber terbesarnya yaitu pembakaran bahan bakar fosil yang bertanggung jawab atas 75 persen emisi global. Namun, ada satu sumber emisi signifikan yang harus segera ditangani, namun sering luput dari perhatian yaitu sampah makanan.

Makanan melepaskan sejumlah besar metana, gas rumah kaca yang 80 kali lebih kuat dalam hal pemanasan dibandingkan karbon dioksida karena terurai dalam waktu 20 tahun. Gas ini memerangkap lebih banyak panas di atmosfer per molekulnya daripada karbon dioksida, menurut Program Lingkungan PBB (UNEP). Dan semakin banyak makanan yang terbuang, semakin banyak pula metana yang dihasilkan.

Baca Juga

Sampah makanan berasal dari berbagai sumber, termasuk pertanian, sektor ritel, dan rumah tangga. Emisi dari food loss dan food waste global sangat besar, sehingga jika diwakili oleh sebuah negara, maka negara tersebut akan berada di urutan ketiga setelah Cina dan Amerika Serikat, demikian menurut program Lingkungan PBB.

“Sepertiga dari semua makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia hilang karena terbuang, dan hal ini menyumbang delapan hingga 10 persen gas rumah kaca yang berdampak pada iklim," ujar Doug O'Brien, wakil presiden program di Global Food Banking Network, sebuah organisasi nirlaba yang mencari solusi berbasis komunitas untuk memerangi kelaparan.