Selasa 27 Aug 2024 14:32 WIB

Jakarta Disarankan Aktifkan ITF Sunter Ketimbang Bangun Pulau Sampah

Ide membangun pulau sampah dinilai tidak kuat.

Petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengangkut sampah di aliran Kali Ciliwung, Jakarta, Ahad (19/11/2023). Pemprov DKI Jakarta mengajak kepada seluruh elemen masyarakat dan dinas terkait untuk melakukan pembersihan saluran air mulai dari selokan hingga kanal atau sungai, sebagai upaya antisipasi potensi banjir akibat timbunan sampah dan endapan lumpur saat curah hujan tinggi.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengangkut sampah di aliran Kali Ciliwung, Jakarta, Ahad (19/11/2023). Pemprov DKI Jakarta mengajak kepada seluruh elemen masyarakat dan dinas terkait untuk melakukan pembersihan saluran air mulai dari selokan hingga kanal atau sungai, sebagai upaya antisipasi potensi banjir akibat timbunan sampah dan endapan lumpur saat curah hujan tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono berencana membangun pulau sampah di Jakarta Utara. Rencana kajiannya namun ditolak DPRD DKI Jakarta.

Direktur Eksekutif CESS (Center for Energy Security Studies) Ali Ahmudi menyarankan Heru Budi untuk mengaktifkan fasilitas pengolahan sampah dengan konsep waste to energy yang didukung teknologi ramah lingkungan Intermediate Treatment Facility (ITF) di Sunter, Jakarta Utara. ITF Sunter, Jakarta Utara, merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dan menjadi salah satu proyek percontohan berdasarkan Perpres Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Sebagai PSN, pemerintah pusat akan memberikan bantuan dan pendampingan kepada Pemprov DKI Jakarta.

Baca Juga

Masalahnya sejak proses rencana pembangunan dimulai tahun 2019 hingga kini ITF Sunter masih mangkrak. Di era Pj Gubernur Heru Budi Hartono, proyek ITF Sunter tidak kunjung dijalankan. “Padahal semua persyaratan pengembangan ITF Sunter telah dipenuhi, proses telah selesai berjalan, dan investor telah bersedia,” kata Ali Ahmudi, dalam keterangan tertulis, Selasa (27/8/2024).

Menurut Ali, proses pembangunan Fasilitas Pengelolaan Sampah Antara Kota Jakarta Utara di Sunter perlu segera dibangun kembali untuk mengatasi timbulan sampah di Jakarta yang terus meningkat. Ali meminta Pj Heru lebih baik fokus dengan ITF Sunter daripada membangun proyek baru, yaitu Pulau Sampah di daerah Jakarta Utara.

“Ide membangun pulau sampah tidak memiliki alasan kuat dan berpotensi menimbulkan masalah lingkungan hidup di masa depan. Tidak heran rencana kajiannya ditolak oleh DPRD DKI Jakarta,” kata Ali.

ITF Sunter diharapkan mengurangi timbulan sampah di Jakarta yang terus meningkat setiap tahun, terutama di Jakarta Timur yang telah mencapai rekor volume sampah terbanyak se-Indonesia pada tahun 2023. Berdasarkan data SIPN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), volume sampah di Jakarta pada tahun 2023 mencapai 851.613,56 ton. Tiga kota lainnya di Jakarta, yaitu Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara juga masuk dalam daftar 10 kota terbanyak volume sampahnya se-Indonesia.

Meskipun volume sampah di DKI Jakarta tertinggi, namun kinerja pengelolaan sampah Pemprov DKI Jakarta belum maksimal.  Jumlah sampah yang berhasil dikelola tahun 2023 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Mengutip data SIPN,  sepanjang 2023 timbulan sampah di DKI Jakarta meningkat menjadi 3,14 juta ton, dari sebelumnya 3,11 juta ton pada tahun 2022. Sedangkan jumlah sampah yang dikelola turun dari 2,29 juta ton menjadi 2,27 juta ton pada tahun 2023.

Ali menilai program penanganan masalah sampah di DKI Jakarta yang dijalankan oleh Pj Heru Budi yang lebih memilih membangun proyek RDF tidak sesuai dengan praktik terbaik (best practice) di kota-kota besar di dunia saat ini. Menurut Ali, pembangunan fasilitas pabrik pengolah sampah dengan metode Refused-Derived Fuel (RDF) di Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat dan di Rorotan, Jakarta Utara dinilai tidak tepat untuk kota sebesar Jakarta.

“RDF plant hanya cocok untuk kota kecil dengan volume sampah terbatas, karena RDF hanya dapat mengolah sampah 30 persen sisanya menjadi residue yang harus diolah kembali,” jelas Doktor Universitas Indonesia (UI), yang menulis disertasi dan publikasi tentang teknologi pengolahan sampah untuk energi (waste to energy).

 

Dengan volume sampah yang besar hingga sekitar 8.000 ton per hari, menurut Ali, Pemprov DKI Jakarta perlu mengatasi timbulan sampah yang terus meningkat dengan teknologi insinerator atau pembakaran tuntas dan cepat seperti di kota-kota  besar di dunia seperti di Jepang, Singapura, dan sejumlah negara maju lainnya. “Dengan teknologi insenerator yang sekarang semakin maju dan dikategorikan lebih ramah lingkungan, sampah habis diurai dan diolah, bahkan bisa dikonversi menjadi energi listrik, yang bisa disupplai ke PLN” ujar Ali.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement