Senin 25 Nov 2024 12:49 WIB

Negara Maju Dukung Peningkatan Pendanaan Iklim

Nilai pendanaan iklim yang disepakati dianggap tak memadai.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Presiden COP29 Mukhtar Babayev memberikan sambutan pada Konferensi Perubahan Iklim PBB COP29, Senin (11/11/2024), di Baku, Azerbaijan.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Presiden COP29 Mukhtar Babayev memberikan sambutan pada Konferensi Perubahan Iklim PBB COP29, Senin (11/11/2024), di Baku, Azerbaijan.

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU — Negara-negara kaya, termasuk Uni Eropa dan Amerika Serikat, sepakat untuk meningkatkan target pendanaan global menjadi 300 miliar dolar AS per tahun pada 2035 dalam perhelatan COP29. Dana ini digunakan untuk membantu negara-negara berkembang menghadapi dampak perubahan iklim.

Kesepakatan ini dicapai setelah negosiasi yang berlangsung lebih dari dua pekan dan diwarnai dengan ketegangan antara hampir 200 negara yang berusaha mencapai konsensus.

Baca Juga

Proposal yang diajukan tuan rumah dan presidensi COP29 Azerbaijan sebesar 250 miliar dolar AS dianggap terlalu rendah oleh negara-negara berkembang. Meskipun negara-negara kaya menyetujui angka yang lebih tinggi, belum jelas apakah posisi baru ini disampaikan kepada negara-negara berkembang dan apakah itu cukup untuk mendapatkan dukungan mereka.

Beberapa delegasi dari negara berkembang mengkritik bahwa kesepakatan pendanaan iklim tidak memadai. Perwakilan India, Chandni Raina, mengatakan dokumen tersebut hanyalah ilusi dan tidak akan mengatasi tantangan besar yang dihadapi. Sementara itu, kepala badan perubahan iklim PBB (UNFCCC), Simon Stiell, mengakui negosiasi berjalan sangat sulit tetapi menyebut kesepakatan ini sebagai "polis asuransi untuk umat manusia" dalam menghadapi pemanasan global.

Kesepakatan ini bertujuan menggantikan komitmen sebelumnya dari negara maju untuk menyediakan 100 miliar dolar AS per tahun dalam pendanaan iklim untuk negara-negara miskin, yang baru terpenuhi dua tahun setelah tenggat waktu pada tahun 2022 dan akan berakhir pada 2025.

Meskipun kesepakatan ini disambut dengan tepuk tangan oleh beberapa delegasi, banyak yang merasa tidak cukup. Negara-negara berkembang memperingatkan kesepakatan yang lemah akan menghambat kemampuan mereka untuk menetapkan target yang lebih ambisius dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.

Negosiasi juga menghadapi tantangan dari negara-negara kaya yang terikat oleh anggaran domestik yang ketat, sementara negara-negara berkembang berjuang dengan biaya yang meningkat akibat bencana alam yang diperburuk oleh perubahan iklim.

Kesepakatan ini juga mencakup tujuan yang lebih luas untuk mengumpulkan 1,3 triliun dolar AS dalam pendanaan iklim setiap tahun pada tahun 2035, yang mencakup pendanaan dari semua sumber publik dan swasta.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement