Rabu 23 Jul 2025 19:16 WIB

Butuh Kolaborasi untuk Gali 'Harta Karun Tersembunyi' dari Sabu Raijua

Salah satu potensi ekonomi yang dimiliki yakni lontar.

Tanaman Sorgum
Foto: istimewa
Tanaman Sorgum

REPUBLIKA.CO.ID, SABU RAIJUA — Sejumlah potensi daerah dinilai bisa dikembangkan di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk memaksimalkan potensi tersebut, kolaborasi dari semua pihak dibutuhkan.

Wakil Bupati Sabu Raijua Thobias Uly mengatakan, keterbatasan kapasitas fiskal membuat pemerintah daerah bergantung pada bantuan organisasi non-pemerintah (LSM) dan lembaga donor guna mengatasi tantangan serta mengoptimalkan potensi lokal yang melimpah.

Baca Juga

Saat menerima audiensi Sekretariat Nasional Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP Indonesia) di Kantor Bupati Sabu Raijua, NTT, Senin (21/7/2025), Thobias mengatakan, pihaknya membutuhkan sokongan mengingat kapasitas fiskal yang rendah.

photo
Wakil Bupati Sabu Raijua Thobias Uly (kanan) - (Dok GEF SGP Indonesia)

"Kami sangat membutuhkan dukungan karena kapasitas fiskal kami sangat rendah. Kami hanya mengandalkan dana dari pusat dan sumber daya alam yang ada. Kami tidak punya banyak dana untuk membangun daerah ini," ujar Thobias Uly.

Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia, Sidi Rana Menggala, mengungkapkan salah satu potensi ekonomi di daerah tersebut, yakni lontar. Dia menekankan perlunya promosi lewat pembentukan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) untuk menjaga nilai ekonomi potensi lokal tersebut.

"Kami menyadari bahwa lontar yang ada di Pulau Sabu ini jumlahnya sangat banyak, namun diperlukan dukungan promosi yang gencar seperti pembentukan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) guna meningkatkan dan menjaga nilai ekonominya,” jelas Sidi lewat keterangan tertulis, Rabu (23/7/2025).

Sabu Raijua tidak hanya memiliki lontar. Mereka memiliki kekayaan varietas lokal yang unik. Sebut saja, bawang merah lokal berwarna putih yang khas, serta kacang hijau hitam yang serasi dengan sorgum lokal. Selain itu, ada juga varietas padi merah yang merupakan makanan pokok tradisional masyarakat setempat dan dikenal kuat menghadapi kondisi kering.

Keempat varietas lokal akan dikonservasi dan dibiakkan secara intensif melalui program GEF SGP Indonesia. Dengan demikian, diharapkan dalam beberapa tahun ke depan varietas-varietas ini dapat menjadi tanaman kultivar khas Pulau Sabu.

 
 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement