Ahad 16 May 2010 22:52 WIB

Sistem Pendeteksian Dini Meteorit Sangat Mahal

Rep: Dewi Mardiani/ Red: Siwi Tri Puji B
ilustrasi
Foto: space
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sistem pendeteksian dini untuk jatuhnya meteor ke bumi tergolong teknologi yang sangat mahal dan sulit, terlebih dengan tingkat kemungkinan yang rendah untuk memprediksi titik jatuhnya. Untuk itu, menurut pakar Astronomi dan Astrofisika Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Prof Dr Thomas Djamaluddin, sistem pendeteksian ini tidak begitu diprioritaskan untuk dilakukan.

''Proyek pendeteksian meteor dengan ukuran diameter atas 140 meter yang ada saat ini sangat mahal sekali. Untuk ukuran-ukuran kecil, perlu teknologi yang lebih presisi dan canggih lagi,'' katanya saat menyampaikan hasil penelitian jatuhnya meteorit di Duren Sawit, Jakarta Timur.

Teknologi pendeteksian dini meteor itu itu dilakukan oleh NASA, Amerika Serikat (AS) dengan nama sistem Spaceguard. Selama ini, sambungnya, sistem space guard ini masih mencoba mendeteksi benda-benda meteor ukuran besar.

Di tahun 2003, NASA melakukan upaya mitigasi pengawasan asteroid yang berada dekat Bumi. Standar sistem pengawasan mereka adalah untuk ukuran asteroid sebesar lebih dari 1 kimometer sampai tahun 2008.

Lalu, mereka mengusulkan anggaran tahun 2003 untuk mendeteksi asteroid ukuran diameter 140 meter dengan sasaran capaiannya adalah bisa mendeteksi lebih dari 90 persen asteroid. Jangka waktu anggaran proyek tersebut adalah tahun 2003-2008 dengan nilai 2,5 - 4,5 triliun rupiah dengan capaian sampai tahun 2028.

Djamaluddin menambahkan, di seluruh dunia, belum ada teknologi yang mampu mengantisipasi meteorit yang lebih kecil. Dia mencontohkan, pada 14 April 2010 satu meteorit berdiameter sekitar 1 meter jatuh di Wisconsin, AS. Meteorit berdaya ledak 20 ton TNT itu pecah sebelum mencapai bumi. ''Benda di Wisconsin itu tak ada peringatan dini dan tanpa bisa diantisipasi.''

Sebelumnya, dua tahun yang lalu, Meteorit TC3 berdiameter 4 meter secara kebetulan terekam di teleskop pemantau asteroid dekat bumi dan diproses orbitnya. Diketahui, orbitnya berjarak sekitar 2 juta kilometer yang hanya memberi waktu 19 jam untuk mencapai di Bumi, yaitu di Sudan.

''Akan sulit jika sistem ini untuk peringatan dini. Karena kepastian titik jatuh belum didapat. Di gurun Sudan jatuhnya, dan pencarian meteoritnya baru 1-2 bulan dilakukan,'' jelasnya.

Untuk meteorit yang lebih kecil, katanya, baru terdeteksi pada jarak yang lebih dekat, yang berarti kalau pun terekam hanya menyisakan waktu beberapa jam sebelum jatuh. ''Ini yang sulit dideteksi dan dilakukan. Tak efisien dan efektif untuk peringatan dini di ukuran-ukuran kecil. Waktu jatuhnya pendek untuk berikan antisipasi-antisipasi.''

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement