REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lemahnya eksistensi pemuda Islam di dunia disinyalir karena mereka kurang mampu menjaga karakternya. Menurut Deputi Kementerian Pemuda dan Olahraga, Dr Basuki, karakter yang mestinya dimiliki para pemuda muslim tersebut, ternyata disia-siakan. "Sehingga, kondisi pemuda Islam pun tidak menunjukkan daya dan kekuatan, terutama di pentas internasional," ujarnya, di hadapan ratusan peserta General Assembly, International Islamic Federation of Student Organizations (IIFSO), di Jakarta, Sabtu (5/6).
Saat ini, katanya, pemuda Islam banyak meninggalkan tradisi-tradisi yang menjadi karakter positif. Misalnya, kasih sayang, kejujuran, kepedulian, dan tanggung jawab.
Pada gilirannya, krisis karakter ini akan berdampak pada minimnya sumber daya manusia yang berkualitas di kalangan umat. “Karenanya ajang ini (Sidang Umum IIFSO, red) penting untuk melakukan konsolidasi umat Islam di dunia,” lanjutnya.
Dia juga menegaskan tentang adanya konflik antara Palestina dan Israel juga dipengaruhi bercerai berainya umat Islam di dunia. Padahal, karakter umat Islam adalah bersatu, bukan berpecah belah. Oleh karenanya, dia berharap, agar umat Islam di dunia bersatu melepaskan belengga Israel terhadap Palestina. “Muslim dunia harus bersatu padu membebaskan Palestina dari penjajahan Israel,” tegas Basuki.