Kamis 10 Jun 2010 05:40 WIB

Respon Kampanye Korsel, Korut Kirim Pesan Ke DK PBB

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--Korea Utara mengirimkan pesan peringatan ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa, menurut media resmi negara itu, Rabu (9/6), bersamaan dengan peningkatan kampanye Korea Selatan untuk mencela negara komunis itu atas insiden tenggelamnya kapal perang. Pesan itu dikirim, Selasa, oleh Sin Son-Ho, utusan Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa Bangsa, kepada pimpinan Dewan Keamanan, Claude Heller, menurut kantor berita resmi negara itu, KCNA.

Tim penyelidik multinasional bulan lalu mengatakan ada banyak bukti bahwa kapal Korea Utara menembakkan torpedo yang mematahkan kapal perang Korea Selatan menjadi dua bagian pada Maret.

Secara resmi Korea Selatan meminta Dewan Keamanan pekan lalu untuk bereaksi atas insiden tenggelamnya kapal perang yang menewaskan 46 pelaut itu.

Namun, Pyongyang telah menyangkal bertanggung jawab atas insiden itu. Penyangkalan mengakibatkan ketegangan meningkat di Semenanjung Korea, dan Sin dalam suratnya mempertanyakan keaslian dari penyelidikan internasional itu.

"Tidak seorangpun berani membayangkan betapa seriusnya dampak yang akan timbul terkait dengan perdamaian dan keamanan" di semenanjung jika dewan membawa penemuan itu menjadi agenda debat tanpa verifikasi dari pihak Korea Utara, katanya.

Korea Selatan telah mengumumkan serangkaian pembalasan atas insiden tenggelamnya kapal perang itu, termasuk menghentikan sejumlah kerjasama perdagangan dengan Korea Utara. Kejadian itu disebut sebagai insiden paling berdarah bagi Korea Selatan sejak berakhirnya perang Korea 1950-1953.

Seoul dapat mengharapkan dukungan dari Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa. Namun, China dan Rusia, dua anggota lain Dewan Keamanan pemilik hak veto, belum secara terbuka mengumumkan posisinya.

Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Chun Yung-Woo berkunjung ke Amerika Serikat pekan lalu sebagai bagian dari upaya diplomasi Korea Selatan untuk mendorong hukuman bagi Pyongyang. Dia akan kembali ke Seoul, Rabu, setelah lawatan ke China, yang sejauh ini belum secara terbuka mengutuk Korea Utara dan hanya meminta kedua belah pihak saling menahan diri.

sumber : Ant/AFP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement