REPUBLIKA.CO.ID, ST PETERSBURG, RUSIA--Prancis siap memulai perundingan dengan Iran menyangkut program nuklirnya di Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) "tanpa ditunda", kata Presiden Prancis Nicolas Sarkozy kepada Presiden Rusia Dmitry Medvedev, 19 Juni.
Dalam pertemuan dengan Medvedev, presiden Prancis mengatakan sanksi babak keempat yang diberlakukan Dewan Keamanan PBB bulan ini tidak bertujuan menghukum Iran. Ia menegaskan sanksi diberikan demi meyakinkan para pemimpin negara itu agar kembali berunding soal nuklirnya, kata seorang juru bicara kantor Sarkozy.
Perundingan-perudingan itu akan diselenggarakan "atas dasar usaha-usaha Brasil dan Turki dan tanggapan-tanggapan yang disampaikan Rusia, Prancis dan Amerika Serikat," kata juru bicara itu. Brasil dan Turki telah mengusahakan satu persetujuan yang menetapkan Iran menukarkan bahan nuklirnya di luar negeri, tetapi tawaran itu ditolak negara-negara Barat yang masih tetap yakin Iran sedang berusaha untuk memiliki senjata-senjata nuklir.
Prancis ingin menyelenggarakan kembali perundingan-perundingan antara Iran dan satu kelompok enam negara. Kelompok itu terdiri atas Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia dan Amerika Serikat.
Dewan Keamanan PBB pada 9 Juni memutuskan pemberlakuan saksi babak keempat yang bertujuan untuk menghentikan program nuklir Iran yang pihak Barat khawatirkan dapat menghasilkan senjata-senjata nuklir. Iran, yang membantah bahwa pihaknya berusaha memiliki bom atom, menolak tindakan-tindakan itu yang disebut tidak efektif.