REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--Korea Utara, Senin (28/6) mengatakan negaranya akan meningkatkan persenjataan nuklirnya dengan satu metode baru yang tidak disebutkannya. Peningkatan itu menghadapi "permusuhan Amerika Serikat dan perkembangan-perkembangannya" dalam waktu belakangan ini.
"Perkembagan sekarang yang mengganggu di Semenanjung Korea menekankan perlunya bagi DPRK (Republik Demokratik Korea Utara ) untuk meningkatkan penangkal nuklirnya dalam satu cara pengembangan baru untuk menghadapi kebijakan AS yang bermusuhan terhadap DPRK sekaligus ancaman militer terhadapnya," kata seorang juru bicara kementerian luar negeri.
Juru bicara itu, yang dikutip kantor berita resmi KCNA tidak menjelaskan lebih jauh apa maksud peningkatan dan pengembangan baru tersebut.
Pada 12 Mei lalu, Korea Utara mengumumkan mereka akan melakukan satu reaksi nuklir gabungan, satu proses yang dapat digunakan untuk membuat bom hidrogen. Namun, mereka menyatakan itu tidak ada hubungan dengan eksprimen yang berhasil pada program senjata-senjata atomnya.
Para pejabat Korea Selatan mengatakan mereka mendeteksi kadar tinggi yang luar biasa gas xenon--satu dari sejumlah produk sampingan dari uji-uji coba atom--pada 14 Mei. Namun tetanggar Korut itu menambahkan tidak ada bukti satu uji coba telah dilakukan.
September tahun lalu negara komunis itu mengumumkan pihaknya mencpai tahap akhir pengayaan uranium, jalan kedua untuk membuat bom nuklir. Korut mengecam usaha-usaha Korea Selatan di PBB untuk menghukum negaranya menyangkut tenggelamnya sebuah kapal perang Korea Selatan Maret lalu yang menewaskan 46 pelautnya.
Pyongyang membantah terlibat dalam insiden itu dan mengancam akan melakukan respon militer terhadap setiap tindakan PBB.