REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Pentagon pada Selasa mengatakan belum dihubungi WikiLeaks, meskipun laman pembuka tabir itu menyatakan meminta bantuannya mengaji ribuan naskah rahasia perang Afghanistan sebelum disiarkan.Pejabat Amerika Serikat menyeru WikiLeaks tidak menyiarkan naskah tambahan dan menuduh kelompok itu membahayakan jiwa penghubung Afghanistan, yang disebut siaran awal puluhribuan laporan rahasia tentara Amerika Serikat pada bulan lalu.
Juru bicara WikiLeaks pada Selasa menyatakan menginginkan bantuan Departemen Pertahanan dalam mengaji 15.000 naskah lain sebelum kemungkinan disiarkan, kata laman berita The Daily Beast. Juru bicara Pentagon Kolonel Dave Lapan menyatakan WikiLeaks tidak menghubungi Departemen Pertahanan.
Ia menolak untuk menduga-duga mengenai yang mungkin terjadi jika mereka minta bantuan. Laksamana Mike Mullen, ketua Kepala Staf Gabungan tentara Amerika Serikat, pada pekan lalu menyatakan kelompok mungkin bertanggungjawab atas kematian tentara Amerika Serikat dan warga Afghanistan penghubung, yang terpapar dalam kebocoran itu, salah satu kebocoran terbesar keamanan dalam sejarah ketentaraan Amerika Serikat. "Sangat keras terdengarnya," kata Daniel Schmitt, juru bicara WikiLeaks di Jerman seperti dikutip dari The Daily Beast, "Kami tidak mengetahui kengerian yang terjadi."
Pendiri WikiLeaks pada ahir Juli membela keputusan laman pembuka tabir itu melansir puluhan ribu naskah rahasia tentara Amerika Serikat di tengah kekuatiran langkah itu menempatkan pembisik Afghanistan dalam bahaya. Laman itu semula mendaku naskah disiarkan untuk memastikan nama pembisik tidak dilansir, namun laporan rinci membuat orang Afghanistan pembisik sandi bagi Amerika Serikat dapat ditebak dengan mudah.
Pentagon memperingatkan pengungkapan itu menempatkan jiwa pembisik tersebut dalam bahaya dan mengancam merusak pekerjaan sandi di negara terkoyak perang itu. Tapi, pendiri WikiLeaks, Julian Assange, dalam wawancara dengan surat kabar Inggris "Times" menyatakan sangat penting bahwa naskah itu dalam wilayah umum.
Ia juga mempertaruhkan kemarahan Amerika Serikat, yang terbuka menuduh Gedung Putih gagal menanggapi permintaan tolongnya sebelum penyiaran naskah itu untuk menekan bahaya pembisik, yang dikenali. "Tak ada yang dirugikan, tapi bila ada yang datang untuk menyakiti, tentu saja harus sangat disesalkan. Tujuan kami adalah keadilan bagi yang tak berdosa, bukan untuk menyakiti mereka," kata Assange.
"Jika kita dipaksa ke dalam sikap menerbitkan semua naskah itu atau tidak sama sekali, kami akan menerbitkan semua, karena itu sangat penting untuk sejarah perang," katanya. Setiap naskah dengan jelas membahayakan orang tak bersalah dapat ditambahkan ke bank 15.000 naskah itu, yang ditahan dari penyiaran, kata Assange. "Jika melakukan kesalahan, kami akan meninjau aturan dan menanggapi," katanya.
Lebih dari 90.000 naskah rahasia tentara itu terentang waktu 2004-2009 saat gerakan Amerika Serikat dan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan berpacu dengan peningkatan perlawanan Taliban. Semua itu mengandung rangkaian pernyataan merusak, termasuk tuduhan bahwa mata-mata Pakistan bertemu langsung dengan Taliban dan bahwa kematian rakyat tak berdosa di tangan pasukan asing ditutupi.
NATO dan Amerika Serikat menempatkan hampir 150.000 tentara di negeri terkoyak perang itu, dengan 30.000 dikerahkan ke jantung Taliban di selatan -propinsi Helmand dan Kandahar- sejak awal tahun ini.