REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon mengatakan mereka belum memulai kembali operasi kontra terorisme di Niger. Hal ini disampaikan satu hari setelah kepala angkatan udara AS untuk Eropa dan Afrika, Jenderal James Hecker, mengatakan penerbangan-penerbangan kontra-terorisme dapat kembali dilakukan.
Dalam sebuah konferensi keamanan pada Rabu (13/9/2023) ,Hecker mengatakan militer AS dapat melanjutkan beberapa operasi kontra terorisme dengan pesawat tempur dan drone di Niger.
Namun, pada Kamis (14/9/2023), Pentagon mengeluarkan pernyataan yang mengatakan misi-misi tersebut hanya untuk melindungi pasukan AS dan bukan operasi kontra terorisme yang lebih sensitif dan luas yang telah berhasil dilakukan pasukan AS dengan militer Niger di masa lalu. Pentagon menambahkan "berita-berita yang bertentangan (dengan pernyataannya) adalah salah."
"Kami hanya menerbangkan ISR (intelijen, pengawasan, dan pengintaian) untuk memantau ancaman apa pun," kata juru bicara Pentagon Sabrina Singh dalam jumpa pers hari Kamis.
"Kami menerbangkan ISR hanya untuk melindungi pasukan dan hanya itu," katanya.
Pada Juli lalu junta militer menggulingkan Presiden Niger. Beberapa pekan sejak itu, sekitar 1.100 pasukan AS yang ditugaskan di negara itu terkurung di dalam pangkalan militer mereka.
Berita beberapa penerbangan dilanjutkan kembali dipandang sebagai pertanda baik karena artinya upaya diplomatik Departemen Luar Negeri AS dengan junta telah meningkatkan keamanan di lapangan. Akibat ketidakpastian politik dan situasi keamanan yang tidak stabil setelah kudeta, AS mengkonsolidasikan beberapa pasukannya di pangkalan yang lebih jauh dari Niamey, ibukota Niger.
Dalam pernyataan klarifikasi juru bicara angkatan udara di Afrika, Kolonel Robert Firman, mengatakan Hecker hanya mengacu pada perspektif komponen udara dan tidak membahas program kontraterorisme secara keseluruhan di Niger.
Dalam pratinjau yang diberikan staf Hecker tentang program Dewan Atlantik yang akan disiarkan pada hari Jumat (15/9/2023), jenderal itu menguraikan lebih lanjut tentang upaya-upaya di lapangan di Niger.
"Hal terakhir yang kami inginkan, kami tidak ingin ada perang baku tembak di sana. Dan kabar baiknya dengan bantuan Departemen Luar Negeri, kami telah sangat berhasil melakukannya," kata Hecker.
"Wilayah udara perlahan-lahan mulai kembali pulih. Dan kami dapat melakukan beberapa operasi pengawasan terutama untuk melindungi pasukan di daerah itu. Jadi hal itu cukup membantu kami untuk memastikan bahwa kami merasa nyaman," katanya.
"Dan semua informasi intelijen menunjukkan saat ini risiko terhadap pasukan kami cukup rendah. Tetapi kami perlu memastikan jika sesuatu terjadi, kami siap untuk pergi. Dan saat ini kami berada dalam posisi yang baik karena mereka mulai mengizinkan kami untuk menggunakan beberapa pengawasan kami untuk melindungi pasukan," katanya.
AS menjadikan Niger sebagai pusat operasi kontra-terorisme. AS menggunakan Niger untuk menggelar operasi patroli drone bersenjata, melatih pasukan negara tuan rumah, dan upaya kontra terorisme lainnya dalam menghadapi teroris yang selama bertahun-tahun merebut wilayah, membantai warga sipil, dan memerangi tentara asing.
Pangkalan ini merupakan bagian penting dari keseluruhan operasi kontra terorisme Amerika di Afrika Barat.