REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Front Pembela Islam menuding kepolisian telah melakukan rekayasa dalam penangkapan Abu Bakar Ba'asyir. Mereka mengklaim memiliki bukti bahwa bukan Ba'asyir yang mengotaki jaringan teroris yang tertangkap di Aceh dan Bandung beberapa waktu belakangan.
Menurut Ketua Dewan Pengurus Pusat FPI bidang Nahi Mungkar, Munarman, kepolisian menyembunyikan fakta bahwa pembiayaan pelatihan militer di Aceh adalah seorang desertir Brimob Polri, bernama Sofyan Sauri. Ia pertama-tama merekrut para peserta latihan militer terkait Israel membombardir Gaza, akhir 2008 dan awal 2009 lalu.
Selepas pelatihan di Aceh, kata Munarman, Sofyan kemudian membiayai 15 dari 60 orang yang ia rekrut untuk berangkat ke Jakarta dan berlatih di Markas Komando Brimob. Anehnya, saat itu, Sofyan sudah bukan anggota Brimob. Ia dipecat sebab melakukan poligami dan "terlibat kegiatan jihad." Mereka berlatih di Mako Brimob selama sebulan.
Dari situ, tahun 2010 Sofyan kembali mengontak para peserta untuk berlatih kembali di Aceh. Lima orang yang bersedia. Mereka adalah sebagian dari yang akhirnya ditangkap Densus 88 beberapa waktu lalu. Seluruh pelatihan, dan senjata, serta peluru, menurut Munarman, dibiayai Sofyan. "Karena itu tidak mungkin Ustad Abu Bakar Ba'asyir terlibat jaringan di Aceh," ujar Munarman.
Saat ini, kata dia, Sofyan sebenarnya sudah ditahan kepolisian. Ia dijebloskan ke Ruang Tahanan Polda Metro Jaya. Karena ini FPI meminta kepolisian mepublikasikan keterangan tentang Sofyan. "Meminta kepolisian untuk mempublikasikan tentang Sofyan Sauri. Siapa dia, apa yang ia lakukan," tambah Munarman.
FPI mengetahui keberadaan Sofyan Sauri ini menurutnya karena ada anggota FPI yang direkrut saat latihan di Aceh dan Mako Brimob. Pihak FPI menduga penagkapan Ba'asyir ini untuk menutupi aib Polri yang terkuak belakangan.