REPUBLIKA.CO.ID,TEL AVIV--Seorang warga Palestina, Nadim Injaz, menerobos masuk ke Kedutaan Besar Turki di Tel Aviv, Israel, untuk meminta suaka politik, Selasa (17/8) waktu setempat. Dia mengaku sangat mengagumi Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan dan berharap dapat menemuinya melalui tindakan nekatnya itu.
Injaz sempat menyandera staf Kedutaan agar tuntutannya itu dipenuhi. ''Ia coba menyandera Wakil Konsul,'' ungkap pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki. ''Pria itu bersenjata api, memiliki pisau, dan bensin. Tapi pistol itu ternyata mainan.''
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Yigal Palmor, mengidentifikasi pelaku sebagai Nadim Injaz, warga Palestina dari kota Ramallah, Tepi Barat. Polisi Israel mengatakan Injaz baru-baru ini dibebaskan dari penjara setelah dihukum karena serangan terhadap Kedutaan Besar Inggris empat tahun lalu, juga untuk mencari suaka.
''Aku punya dua sandera,'' kata Injaz, dalam percakapan telepon yang berhasil direkam. ''Aku akan meledakkan kedutaan jika mereka tidak membiarkan saya meninggalkan negara ini sekarang. Aku akan membakar seluruh bangunan.''
Injaz mengaku mengagumi Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan. ''Aku mencintai dan menghormatinya,'' katanya. ''Pemimpin Turki harus memberikan suaka politik terhadap para pembunuh Zionis, dengan membunuh orang-orang Yahudi,'' tambahnya, menghubungkan insiden itu secara tidak langsung untuk ketegangan baru-baru ini antara Israel dan Turki. Injaz juga mengutuk para pemimpin Palestina, seperti Presiden Mahmoud Abbas yang dikatakannya telah korupsi uang bantuan.
Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, mengatakan, ''Tidak ada yang perlu dikhawatirkan di kedutaan, semuanya terkendali.'' Dia mengatakan Injaz juga berada dalam kondisi baik. Dia tidak mengkonfirmasi apakah Injaz akan diserahkan kepada aparat keamanan Israel.
Hubungan Israel-Turki telah tegang atas serangan Israel pada armada kemanusiaan internasional yang berusaha menerobos blokade Israel atas Jalur Gaza pada 31 Mei 2010. Serangan itu menewaskan sembilan warga Turki yang berada di antara ratusan aktivis pro-Palestina.
Turki lantas menarik duta besarnya dari Tel Aviv.