REPUBLIKA.CO.ID,Guru yang mengajar ilmu pengetahuan umum meminta muridnya di kelas 10 di sebuah sekolah menengah di barat Australia, untuk merancang serangan teror yang menelan banyak korban jiwa dari warga sipil. Seorang murid perempuan menolak pekerjaan rumah tersebut dan mengadukannya kepada media. Sontak drama yang terjadi di Kalgoorlie-Boulder itu mendulang kecaman dari masyarakat.
Sarah yang berusia 15 tahun bercerita tentang tugas sekolahnya di sebuah radio Australia. Ia menirukan ucapan gurunya yang disampaikan di depan kelas. "Kamu merupakan seorang teroris yang ingin membuat pernyataan politik dengan menyebar racun biologi dan kimia di sebuah kota di Austrralia.Targetnya adalah sebanyak mungkin membunuh warga sipil. Zat kimia dan biologis yang kalian gunakan hanya berfungsi untuk membunuh dalam jarak 200 meter," ujarnya.
"Putri saya sangat terkejut," begitu ujar ibu Sarah kepada radio Australia. Terutama karena ia telah mendengar dampak sebuah serangan teror dari lingkungan keluarga. "Saya tidak bisa percaya hal semacam itu dijadikan pekerjaan rumah. Seorang saudara jauh kami tewas akibat serangan bom di Bali dan tragedi itu juga dialami Sarah," katanya.
Kebanyakan teman-teman Sarah memilih untuk mengerjakan tugas tersebut untuk mendapat nilai tambahan di rapor. Sharyn O'Neill, Direktur Jendral di Kementrian Pendidikan mengatakan, sang guru telah melakukan kesalahan dan menyesal telah memberikan tugas tersebut. Saat yang bersamaan ia memuji keberanian Sarah untuk mengungkapkan hal itu. "Guru kami memberikan tugas sesuai dengan kurikulum yang mereka miliki. Dalam hal ini ia membuat intrepretasi yang keliru. Ia sebenarnya ingin agar para murid berkonfrontasi dengan tema tersebut," tegasnya.
Di Australia, terorisme merupakan isu yang amat peka. Sejak beberapa tahun lalu tidak sedikit warga Australia yang menjadi sasaran aksi terorisme, di antaranya dalam serangan bom terhadap berbagai hotel mewah di Jakarta dan serangan bom di Bali tahun 2002 dan 2005.