Senin 30 Aug 2010 02:59 WIB

Radar Bandara Soetta Sempat Mati Setengah Jam

Rep: C25/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG -- Matinya sistem radar di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Ahad (29/8) pagi, disebabkan oleh banyaknya slot time atau permintaan jam terbang sejumlah maskapai penerbangan. PT Angkasa Pura II selaku pengelola bandara kembali menormalkan bandara dengan mengaktifkan monitor lain untuk mengatasi ganguan penerbangan.

Menurut Deputi General Manager of Air Trafic Service (ATS) Operasional PT Angkasa Pura II, Batara Nainggolan,dalam bulan Ramadhan ini pergerakan penerbangan sejumlah pesawat di Bandara Soekarno Hatta meningkat. Nainggolan mencontohkan, pada bulan Juli kemarin hanya rata-rata jumlah penerbangan dalam satu hari 870 penerbangan. "Berbeda dengan Bulan Ramadhan, Saat ini saja rata-rata per hari mencapai 907 penerbangan," kata Nainggolan.

Menurutnya, pesawat biasanya melakukan slot time atau jam terbang yang sama antara pukul 05.30 WIB hingga 09.00 WIB. Pada waktu tersebut merupakan penumpukkan pergerakan penerbangan yang mencapai sekitar 400 penerbangan. Jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) yang melakukan pengaturan lalu lintas penerbangan terbatas sehingga tidak maksimal dalam melakukan tugasnya.

Menurut Nainggolan, pada saat sistem radar mati, ATS harus melakukan pembenahan operasional dengan mengakses monitor lain untuk mengaktifkan radar lalu lintas udara penerbangan di bandara. "Kami juga terpaksa harus menahan sekitar sembilan pesawat yang ingin mendarat (landing) dan ingin terbang (take off)," kata Nainggolan.

Secara teknis, Nainggolan belum mengetahui di mana letak area bandara yang sistem radarnya mati. Hingga saat ini pihaknya masih menelusuri penyebab matinya sistem radar. Sistem radar tersebut mati selama lebih dari setengah jam pada Ahad (29/8) pagi. Akibat matinya sistem radar tersebut, sejumlah pesawat yang dijadwalkan mendarat pada pukul 09.00-09.40 WIB di terpaksa harus berputar-putar di udara terlebih dulu sebelum melakukan pendaratan di landasan (Landing).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement